Filled Under: ,

KH. ABDUL GOFUR (KYAI SEPUH ) & PONDOK PESANTRAN AL-GHOFURIYAH GENTONG-PASURUAN

1. RIWAYAT KH. ABDUL GHOFUR (Kyai Sepuh ) 

1. Nasab dan Kelahiran 

Rasmudin nama kecil dari KH Abdul Ghofur merupakan putra dari hadratus Syaih Dawudiyah As Segaff , Ayahnya, Kiai Dawud adalah seorang ulama asal Hadramaut, Yaman  dengan Syarifah Masyrifah, yang berasal dari Sedayu Gresik 

Beliau yang dalam satu sumber lainnya merupakan cucu dari KH. Dawud dan Nyai Hj. Marfu'ah 


2. Sanat Ilmu dan Pendidikan 

 Rasmudin merupakan anak yatim menimbah ilmu ke KH Abdul Jalil di Desa Kebon Candi Gondang Wetan Pasuruan. Sesampai di Kebon Candi Gondang Wetan Pasuruan Beliau tidak dapat menemui KH. Abdul Jalil karena telah pulang ke Rahmatulloh, tanpa putus asa beliau melanjutkan perjalanan ke Mbah Sakaruddin juga ada Gondang Wetan, dan ternyata Mbah Sakaruddin juga telah wafat,

Setelah dirasa cukup Rasmudin melanjutkan misi Belajar agamanya ke daerah Gentong Pasuruan dan di sana bertemu dengan Kyai.Surahmin (KH. Sihabuddin) Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Gentong yang didirikan pada hari Ahad tanggal 8 Rajab 1209 H. Pondok Pesantren ini juga terkenal dengan Langgar cangkruk.
Akhirnya Rasmudin menjadi santri di pondok Gentong. Karena memiliki bakat dan kepandaian diatas santri yang lain, maka pada saat Kyai Surahmin akan wafat beliau memanggil seluruh santrinya untuk diajak musyawarah siapa yang akan menjadi menantu Kyai Surahmin dan akan memegang amanat untuk meneruskan sebagai pemangku Pondok Pesantren Gentong, maka keseluruhan santri menunjuk Rasmudin untuk bisa menjadi mantu Kyai Surahmin. Akhirnya Rasmudin resmi menjadi menantu Kyai Surahmin yang memang hanya memiliki satu putri yang bernama Mas Soliha. Hingga akhirnya Rasmudin memegang amanat sebagai Pemangku Pondok Pesantren Gentong yang termasyhur dengan sebutan Kyai Abdul Ghofur/Kyai Sepuh.

Dalam satu riwayat Beliau (Kiai Ghofur ) sudah mampu menghafal Alfiyah dalam usia baru tujuh tahun. Padahal, ilmu yang mempelajari pemahaman ilmu alat baca Alquran itu sangat sulit dipelajari. Bahkan hingga sekarang pelajaran Nahwu Alfiyah adalah pelajaran yang diberikan pada siswa dalam taraf Tsanawiyah.

Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Ghofur pernah mendalami ilmu di Kiai Cholil, Bangkalan Madura. Setelah itu beliau kembali ke Pasuruan, dan mondok di Kelurahan Genthong, Kecamatan Gadingrejo. Bahkan beliau juga pernah menuntut ilmu di Lasem, Rembang Jawa Tengah. Baru setelah itu berlanjut di Termas Pacitan.

3. Karomah , Perjuangan dan Kemaslahatan  Ummat

Cerita Kekaromahan KH. Abdul Ghofur ( Kyai Sepuh ) & Pendirian Masjid

Cerita yang berkembang mengenai Karomah dari K.H Abdul Ghofur atau yang dikenal dengan Kyai Sepuh antara lain pada Proses pembangunan Masjid Gentong 

A. Tahap Penggalian pondasi :

Pembangunan Pondasi dimulai pada tahun 1928 M. adapun beberapa kejadian yang luar biasa ialah Perintah Kyai Sepuh bahwa untuk membangun Pondasi harus selesai 1 hari dan pada saat pengerjaan dilakukan, ada masalah yakni ada akar tunjang pohon Nangka tepat disebelah utara pondasi yang akan dibangun, sehingga pekerja sangat kesulitan, Kyai Sepuh menyuruh Pekerja untuk makan (Sarapan) setelah selesai Ternyata Akar tersebut telah bergeser + 2 meter dari tempat semula.

Selain itu pada saat awal banyak para tamu yang datang untuk membantu memenuhi kebutuhan pembangunan Masjid, karomah Kyai Sepuh ternyata sangat bermanfaat kepada orang lain yang salah satunya ialah memberikan kesempatan kepada semua orang terutama yang miskin untuk bisa Sodaqoh walaupun dalam bentuk tenaga, Walaupun banyak bantuan bahan material datang pembangunan inipun tidak terlepas dengan kekurangan bahan dan ini Kyai Sepuh melalui karomahnya meminta bantuan kepada Allah dengan menggunakan Do’a bahasa Jawa dengan maksud agar dapat dimengerti oleh Para pekerja :Allahuma wedhi ndugi damel mbangun Masjid Gentong dan para pekerja bersama – sama menguacap Amiin setelah itu para pekerja berjalan ke depan jalan Gang masjid tidak begitu lama ada Cikar yang mengangkut Pasir untuk diserahkan ke Masjid Gentong.

B.  Pada tahap Pemasangan usuk

Usuk yang digunakan ada yang menggunakan bekas bongkaran dari langgar cangkruk yang ukurannya 5x7 m, sehingga pada saat dipasang di atas blandar kurang panjang, Kyai Sepuh memerintahkan kepada tukang sampai 3 kali usuk tersebut tetap dipasang, dan anehnya perintah yang ketiga Usuk tersebut ternyata lebih ukurannya dari blandar.


C. Pada tahap Pemasangan talang seng.

Setelah P. Tabri dan Nor Rohim tukang kayu Masjid memasang talang maka perlu dilakukan uji coba apakah talang yang telah dipatri(disoder) tidak bocor
maka para pekerja ramai – ramai membawa timba berisi air tetapi dicegah oleh Kyai Sepuh, dan Kyai Sepuh Berdo’a Allahuma Udan damel njajal talang Masjid Gentong  dan para Pekerja Amiin, tidak begitu lama langit yang sebelumnya cerah (karena Musim kemarau) berubah menjadi mendung dan turun hujan yang lebat  setelah dilihat talang tidak ada yang bocor seketika itu huja telah reda.

D. Pada Tahap Pemasangan Atap

Hampir sama kejadiaanya, didahului dengan informasi bahwa atap Masjid Kyai Abdurohman Bugul Legi bagus, maka Kyai sepuh berdo’a Allahuma piyan ndugi damel Masjid Gentong luwih sae saking piyan masjid KH. Abdurohman, tidak begitu lama datang 2 truck kiriman Atap dari H. Ali Surabaya. Pemasangan dilakukan pada tahun 1930 M.

E. Pada Tahap Pembangunan Menara

Banyak sekali kejadian yang luar biasa dan yang paling unik setiap tamu yang datang disuruh Kyai Sepuh untuk menaiki tangga menara sambil menghitung, jika menghitung tangga saat naik jumlahnya lebih banyak dengan pada saat menghitung tangga saat turun maka derajat dan hartanya akan meningkat dan sebaliknya.

Selain itu para tamu juga disuruh untuk melihat dari menara jika melihat ke utara nampak laut dan sebelah selatan nampak gunung Semeru maka orang tersebut Insya-Allah bisa menunaikan ibadah haji.dan sebaliknya.hal ini terjadi seringkali yang salah satunya dialami oleh H. Syamsuri dari Kali Sangit Kecamatan Rembang Pasuruan.


Karomahan Do'a Kyai Sepuh dan Bupati Pasuruan 

Seorang Mantri Polisi di Winongan yang bernama Said Hidayat (tahun 1929) sowan untuk mintah do’a barokah dari Kyai Sepuh dan Kyai Sepuh mendo’akan agar Dia bisa menjadi Bupati (kanjeng) dan Said Hidayat kurang yakin karena memang pada saat itu untuk menjadi Bupati harus dari golongan Ningrat/Bangsawan, tetapi Pada saat Indonesia Merdeka Said Hidayat terbukti menjadi Bupati Pasuruan.

Karomah Firasat dan Kewalian KH. Abdul Chamid Pasuruan 

Cerita yang lain KH. Siddiq Jember sering sowan ke Kyai Sepuh untuk minta barokah do’a , suatu ketika KH Siddiq mengajak Abdul Chamid (KH Abdul Chamid – Kebonsari Pasuruan), sampai di Plebetan Kyai Sepuh, Lalu Kyai Sepuh berbicara dan terjadi pembicaraan :
Sini kamu ! ,  dawuh Kyai Sepuh 
" apa saya Kyai ? Kyai Siddiq bertanya 
" bukan yang kecil. " Dawuh Kyai Sepuh sambil menunjuk ke Abdul Chamid (KH Abdul Chamid – Kebonsari Pasuruan) ,   Kamudian Abdul Chamid diajak masuk ke dalam lalu diambilkan sebuah bunga dan Kyai Sepuh bertanya kepada Abdul Chamid, 
" apa ini ? " 
" Bunga Kyai  " jawab Abdul Chamid, 
" Kamu tahu maksudnya bunga ? " lalu Kyai Sepuh bertanya kembali
 "Tidak tahu Kyai  " Jawab Abdul Chamid. 
Dan Kyai Sepuh menjelaskan bahwa bunga itu harum baunya dan disenangi oleh orang dan Insya-Allah besok kamu akan disenangi orang dan nama mu harum seperti bunga, dan sampai sekarang walaupun telah Wafat KH Abdul Chamid masih didatangi orang (makamnya).

Selain mendapat sasmita/arahan dari Kyai Sepuh KH. Abdul Chamid juga mendapat Ijazah bacaan dari Kyai Sepuh  yaitu 
" Robbana dholamna… sampai akhir ayat 11 x ketika mau tidur dan pada saat bangun tidur membaca Robbana atina fiddunya…… sampai akhir ayat 11 x.

Kyai Sepuh Gentong merupakan salah satu guru dari Kyai Abdul Hamid Pasuruan yang makamnya tidak pernah sepi dari kunjungan peziarah. "Semasa kyai sepuh masih ada, kyai Hamid pernah sowan kesini, dan kyai sepuh bilang kepada kyai Hamid, mbesok uripmu sampai kuburanmu bakal wangi koyok kembang melati iki," kata Ustad Mahmud salah satu cicit kyai sepuh yang juga mendapat cerita ini dari kekeknya 

Karomah , Pendirian Pondok Pesantren Talangsari jember ( KH. Siddiq ) 

Dan yang juga mengherankan ada orang dari Jember yang ingin mondok (belajar) di Gentong oleh Kyai Sepuh disuruh ke Kyai Siddiq Jember, sesampai orang itu di Kyai Siddiq mengutarakan bahwa dia ingin mondok Kyai Siddiq kaget, Kyai Siddiq dawuh lho saya ini orang pasaran tidak bisa apa – apa, lalu orang tersebut mengatakan saya dapat perintah dari Kyai Sepuh Gentong Pasuruan, akhirnya Kyai Siddiq menerima orang tersebut jadi santri pertama dan mulai saat itu Kyai Siddiq membuka Pondok Pesantren yang terkenal Pondok Talangsari Jember.

Kesemua karomah dari Kyai Sepuh merupakan pelajaran bagi kita, dan yang paling utama adalah Kyai Sepuh walaupun sudah memiliki Karomah tetapi masih tetap menjalankan syari’at Agama Allah


4. Wafat dan Maqbaroh KH. Abdul Ghofur 

 
Kiai Sepuh berpulang ke Rahmatullah di usia sekitar 125 tahun. Tepatnya pada 9 Jumadil Akhir, 1357 H . Hari wafatnya diperingati saban tahun, sampai sekarang.. Di usianya yang sudah uzur, beliau masih menyempatkan diri untuk mengajar muridnya. Hingga sakit karena usia menyebabkan dia harus berhenti mengajar.

Lokasi masjid dan makam KH Abdul Ghofur berada di gang Kyai Abdul Ghofur, Rt 01 Rw 06, kelurahan Gentong, kecamatan Gafingrejo, kota Pasuruan)

Wallohu A'lam Bissowab

والله أعلمُ بالـصـواب 
“Dan Allah Mahatahu yang benar atau yang sebenarnya”.



( Sumber : http://kimgentongmaspaskot.blogspot.com/ di Jumat, Maret 27, 2015 )


Script

0 comments:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti