Filled Under:

HOUL , DZURRIYAH DAN MAQBAROH MBAH BUYUT SHOLEH SEMENDI


HOUL MBAH BUYUT SHOLEH SEMENDI 

Kalau kita amati, akhir-akhir ini banyak dijumpai acara haul, terutama pada hari-hari menjelang Puasa Ramadhan .Baik yang diselenggarakan perorangan maupun organisasi. Ada yang dilangsungkan secara sederhana, dengan memanggil kerabat serta tetangga dekat, untuk bersama-sama melaksanakan tahlil atau khataman Al-Qur’an. , Adapula yang mengundang dai atau ulama untuk memberikan wejangan keagamaan dan mau’idhah hasanah, dalam suatu forum terbuka yang populer dengan pengajian umum.

Jika kita meninjau ulang dalam lintas sejarah kata Haul berasal dari Bahasa Arab “al Haulu” ( الحول ) atau “al-Haulaini” ( الحولين ) artinya kekuatan, kekuasaan, daya, upaya, perubahan, perpindahan, setahun, dua tahun, pemisah, dan sekitar.

Kemudian kata haul tersebut berkembang menjadi istilah Bahasa Indonesia, yang lazim di pakai komunitas masyarakat muslim di indonesia, dan dari istilah indonesia inilah, kata haul memiliki dua pengertian, yaitu:

  1. Haul berarti berlakunya waktu dua belas bulan, tahun Hijriyyah terhadap harta yang wajib dizakati di tangan pemilik (Muzzaki) arti ini berkaitan erat dengan masalah zakat.
  2. Haul berati upacara peringatan ulang tahun wafatnya seseorang (terutama tokoh agama islam), dengan berbagai acara, yang puncaknya menziarahi kubur almarhum atau almarhumah

Setidaknya ada tiga hal yang bisa kita petik sebagai hikmah dari peringatan haul.

  1. Acara haul sejatinya sama dengan acara peringatan 3, 7, 40 hari atau berapapun, yang pada intinya mengingatkan kita akan kematian (dzikrul maut)
  2. Biasanya akan dibacakan sebuah manaqib (riwayat hidup) seseorang. Di dalamnya terdapat banyak keteladanan yang dapat kita ambil. Salah satu teladan tersebut yakni manfaat yang telah mereka berikan untuk orang lain. Seseorang yang diperingati haulnya,  dikarenakan telah memberikan banyak jasa kepada agama ataupun masyarakat.
  3. Peringatan haul dapat mempersatukan Satu Dzurriyah , Satu Masyarakat atau Satu Kaum 
Mbah Sholeh Semendi yang merupakan Seorang Ulama' penyebar Agama Islam di Wilayah Winongan Khususnya , Pasuruan dan Jawa Timur Umumnya , diyakini sebagai Seorang Wali min Auliyaillah tersebut diadakan haul pada tiap hari kamis terakhir bulan Sya’ban , Houl yang menurut cerita diadakan pertama kali sekitar tahun 1970 an atas desakan para ulama terkemuka Pasuruan, dan para Dzurriyah yang ada  diantaranya adalah Mbah Abdul Hamid, Habib Umar, KH Nur Jasim, K. Abu Amar, Habib Jakfar bin Syaikhon. Haul pertama tersebut ini diadakan di makam Mbah Sholeh Semendi, kemudian yang kedua di rumah Habib Abdul Qodir, kediaman ayah Habib Abdullah

A. Persiapan Pelaksanaan Houl

Pada Tahun ini peringatan Houl Mbah Sholeh semendi yang diadakan di Area makam Mbah buyut Sholeh Semendi yang bertepatan dengan adanya Pekerjaan peninggian dan renovasi Maqbaroh yang dikerjakan mulai bulan-bulan ini , Persiapan dan pembahasan detail acara yang dilakukan  dengan mengadakan pertemuan pada Kamis, 15 Februari 2024/ 05 Sya'ban 1445  di Pondok Pesantren yang diasuh oleh KH. Suadi Abu Amar yaitu Pondok Pesantren  Ar-Roudloh Berbaur Jl. Gus Dur No. 9 Tambakrejo Pasrepan Pasuruan .
Beliau yang menjadi Juru Kunci maqbaroh Mbah sholeh semendi dan menjadi Suhu pada kepengurusan tersebut , memimpin pertemuan dengan menghasilkan kesepakatan pembagaian tugas dan tanggung Jawab pada pelaksanaan Houl tersebut 

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8


B. Pelaksanaan Houl 

Pelaksanaan Houl Mbah Buyut Sholeh Semendi yang tahun ini diadakan Puncaknya pada hari kamis Bulan Sya'ban 1445 H bertepatan tanggal 26 Sya'ban 1445/ 07 Maret 2024 dengan serangkaian Acara dengan antara lain :

  1. Mulai Ahad , 3 Maret 2024 dengan Acara Pembacaan Maulidud Diba'i , dilanjutkan 
  2. Senin dengan Khotmil Qur'an bil Ghoib untuk Umum , dan Pembacaan Maulid Berzanji , 
  3. Selasa dengan Khotmil Qur'an bil Ghoib untuk Dzurriyah  Perempuan dan Ishari , 
  4. Rabu dengan Khotmil Qur'an bil Ghoib untuk Dzurriyah laki-laki dan Pembacaan Dzikrul Ghofilin dan 
  5. Kamis menjadi Puncak Acaranya dengan Acara Puncak Houl yang diikuti Dzurriyah , Jama'ah dan Masyarakat Umum 
Pada Puncak acara yang diadakan di Musholla Komplek Makam Mbah Sholeh Semendi tersebut,  tahun ini masih pada kondisi pelaksanaan pekerjaan Pengurukan dan Renovasi maqbaroh Mbah Buyut Sholeh Semendi 
Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1

Rangkaian Acara di hari kamis tersebut di isi dengan banyak sambutan-sambutan dan Mauidhotul Khasanah dengan diantaranya  berisi antara lain  :

KH Mujtaba Abdusshomad , Beliau yang merupakan salah satu Dzurriyah  mbah Sholeh Semendi yang juga merupakan Pengasuh pondok pesantren (PP) Al-Hidayah Sukorejo, Kabupaten Pasuruan , memberikan Mauidhoh dengan pemberikan penjelasan pentingnya " Suka dan hormat dengan Ulama' "  Dalam Kitab Nashaihul 'Ibad  disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Hendaklah kalian berkumpul dengan ulama dan mendengarkan kalam para ahli hikmah. Karena sesungguhnya Allah Ta'ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati (gersang) dengan air hujan "  yang apabila ditinggalkan akan menghilangkan Tiga keberkahan dalam Hidup  ,  Rasulullah ﷺ bersabda, "Akan hadir suatu masa atas umatku, mereka menjauh dari para ulama dan fuqaha, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan 3 cobaan, yaitu: 1. Allah akan menghilangkan berkah dari rezekinya. 2. Allah akan mengirim kepada mereka penguasa yang zalim. 3. Mereka akan meninggalkan dunia tanpa membawa iman kepada Allah Ta'ala.

KH. Ali Ridho Hasyim Beliau yang merupakan salah satu Dzurriyah  mbah Sholeh Semendi yang juga merupakan Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Dalilul Khoirot Al Hasyimi Raci yang memberikan pesan untuk cinta dan menghormati para Waliyulloh dan cerita Beliau tentang kepinginnya orang bisa menerima barokah cinta wali seperti dalam cerita Abdul Qodir Jailani , dan Ibnu Saqo' yang karena menjauh dari Ulama' Ibdu Saqo tersebut keluar dan mati dengan tidak membawa Iman 

KH. Suadi Abu Amar , yang merupakan Juru Kunci dari Maqbaroh Mbah Sholeh Semendi dan menjadi Pengasuh  Pondok Pesantren  Ar-Roudloh Berbaur ini menceritakan masalah Pembangunan/ renovasi Makam mbah Sholeh semendi dan masalah pelaksanaan Haul tersebut 

KH. Safiulloh bin Kyai Burhan dari Bangil   yang sama juga dengan memberikan pentingnya mengikuti Ulama' dengan mencontohkan pada Cerita yang fonomenal yaitu Ashabul kahfi yang anjingnya selalu ingin bersama Ashabul kahfi 

Gambar 1 Gambar 1

Mauidhoh Selanjutnya disampaikan oleh Romo KH Machin Manaf  yang merupakan Sesepuh Dzurriyah Mbah Soleh Semendi yang membacakan Manakib dari Mbah Sholeh Semendi beliau menuqil kisah dari 
  1. Kyai Hasbulloh Bungul Malang , 
  2. Mbah Kyai Djasim Nur podokaton dan
  3. KH Ahmad Muhammad Lebak winongan.
yang diceritakan Beliau bertiga saat  saat Adanya Silaturrahim bani Imron , Beliau Membacakan manaqib dengan Mbah  soleh semendi atau di kenal dengan mbah semendi berasal dari cirebon merupakan putra dari sultan hasanuddin bin sunan gunung jati.
Menurut cerita mbah Kyai Djasim
 "Waktu  itu daerah Pasuruan di kuasai oleh Pengaruh Agama Hindu dan Budha , dan pengaruh yang paling kuat adalah daerah Winongan , melihat hal itu kemudian Mbah Sholeh Semendi berpamitan kepada ayahnya yakni Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di Jawa Timur, khususnya di Winongan , Sebelum berdakwah Mbah Sholeh Semendi terlebih dahulu memikirkan bagaimana dakwah yang paling tepat, dan akhirnya Beliua menemukan pemikiran untuk menyebarkan agama islam dengan cara menakklukkan tokohnya terlebih dahulu, sebab kalo berdakwa dan menyebarkan agama islam pada perorangan tentu hal ini akan sulit dan lama,  dan juga orang yang sudah masuk islam akan gampang kembali ke agamanya lagi ,sebab di bentak dan di perintah oleh atasannya atau tokohnya.
Akhirnya Mbah Semendi langsung berdakwah pada tokohnya/pemuka orang budha yang bernama Mbah Labuh genni dengan beradu kesaktian, di ceritakan bahwa Mbah Labuh Geni melemparkan kerisnya , dan keris tersebut terbang, kemudian mbah soleh semendi  melemparkan imamah/ udeng beliua , sehingga imamah tersebut terbang dan memutari kerisnya mbah labuh genni , sampai akhirnya keris tersebut turun dan tidak bisa terbang lagi .Setelah melihat kehebatan Mbah Sholeh semendi tersebut , membuat Mbah Labuh geni menyerah dan tunduk pada Mbah Sholeh Semendi , yang  kemudian Mbah Labuh Geni masuk islam dan menjadi santri mbah soleh semendi, Sehingga pada waktu itu orang-orang Hindu & Budha Winongan khususnya dan Pasuruan secara umum berbondng bondong  masuk islam, karena  tokohnya yakni Mbah Labuh genni sudah masuk islam,

Setelah selesai menaklukkan tokoh orang budha kemudian Mbah Sholeh semendi membuat langgar/ surau , dan di situlah kemudian banyak orang orang yang belajar dan ngaji pada Mbah Sholeh semendi, salah satu santrinya pada waktu itu adalah Mbah Sulaiman Mojoagung dan Mbah Arif Segoropuro yang keduanya merupak putra dari Syarifah Khodijah binti Sunan Gunung Jati,

Di ceritakan bahwa " Mbah Sulaiman Mojoagung mendengar kabar , di jawa timur ada seorang yang Alim allamah dan Sakti bernama Mbah Sholeh semendi , sehingga Mbah sulaiman dan saudaranya Mbah Arif segoropuro meminta idzin pada ibunya untuk mencari ilmu di daerah Pasuruan, ibunya pun memberi izin pada kedua putaranya itu , dan berpesan "  anakku kalo kamu mencari ilmu carilah ilmu dengan sungguh sungguh, dan jangan sampai kamu menikah di tengah kamu  mencari ilmu  " .

Setelah sampai di Winongan pada malam hari Mbah Sulaiman dan Mbah Arif ini merasa dirinya paling rendah dari teman temannya (tawadhu') sehingga beliua berdua tidak tidur di musholla tapi tidur di Tegal/kebun dengan memakai bantal dari akarnya pohon Gayam,  Namun pada suatu malam , tiba tiba hujan deras , sehingga beliua berdua pindah ke musholla,  setelah beliua berdua beristirahat di mushollah , kebetulan pada waktu itu di tengah malam Mbah Semendi keluar ke musholla dan beliua melihat dua cahaya dari musholla yang sangat bersinar,

Besoknya Mbah Sulaiman dan Mbah Arif menghadap pada mbah semendi, dan di tanyai oleh mbah semendi " dari mana kamu berdua?", kemudian di jawab " kami dari cirebon kyai"  , dan mbah semendi bertanya lagi " putranya siapa? " , kemudian di jawab " kami putranya khodijah bin sarif hidayatulloh" , Setelah itu pada waktu malam , Mbah Semendi mendatangi Mbah Sulaiman dan Mbah Arif , dan Beliau dawuh "  anakku kamu akan aku jadikan menantuku, apakah kamu mau?. Kemudian di jawab " tidak kyai" , dan pertanyaan tersebut terus di ulang-ulangi oleh mbah semendi di setiap malam , sampai akhirnya Mbah Sulaiman dan Mbah Arif musawaroh :" ta'at pada guru itu wajib, begitu juga taat pada orang tua itu juga wajib, jadi gini aja, " sampean  iyakan perentah kyai, nanti masalah ibu , saya yang akan mengahdap dan menjelaskan" begitu kata mbah Sulaiman , Akhirnya  Mbah Arif dulu yang menjadi mantu mbah semendi dan kemudian di susul oleh mbah Sulaiman juga menjadi menantu mbah semendi, Jadi mbah Sulaiman mendapat anak keduanya mbah semendi, dan mbah arif mendapatkan anak pertamanya mbah semendi ,

Sampai suatu ketika khabar mbah sulaiman dan mbah arif telah menikah sampai pada ibunya , sehingga ibunya marah dan berkata " Siapa yang berani berani memngambil mantu kedua putraku?!".
Dan akhirnya syarifah khodijah langsung bergegas ke Pasuruan untuk melihat anaknya dan menemui orang yang mengambil mantu anaknya dengan membawa prajurit penunggang kuda, Setelah sampai di Pasuruan , rombongan sayarifah khodijah istirahat di Kraton, kemudian melanjutkan perjalan dan akhirnya sampai di Winongan, setelah sampai di Winongan beliua di suguhi jenang asem yang di campur dengan gula yang di temui oleh istri mbah semendi, Syarifah Khodijah sempat marah marah kepada istri mbah semendi , namun tak Lama mbah semendi datang dan berkata pada syarifah khodijah " bibik apakah sehat? " kemudian Syarifah Khodijah dawuh " Lo!! siapa kamu? ", mbah semendi menjawab " Saya bik , Sholeh bin Sultan Hasanuddin Cirebon" , mendengar itu Syarifah Khodijah berkata " Lo.. brati kamu keponakanku " .

Kenapa mbah Semendi menggil bibik pada Syarifah Khodijah, Sebab abahnya dengan Syarifah Khodijah saudara kandung , yakni putra dari Sunan Gunung Jati Cirebon, akhirnya Syarifah Khodijah merestui pernikah tersebut. Banyak keturunan beliua yang sudah menyebar jawa timur khususnya di pasuruan, hampir semua pondok pesantren di pasuruan mulai dari  keboncandi, besuk, sidogiri, bendungan, grongan, podokaton, tambak, lecari,  bugul, rembang,  semua adalah anak putu dari mbah buyut soleh semendi.

TINJAUAN SEJARAH MBAH SHOLEH SEMENDI 

Sejarah Mbah Sholeh Semendi terkait juga dengan Sejarah Kabupaten Pasuruan , Kabupaten Pasuruan bermula dari Peradaban Kerajaan Kalingga tahun 742-755 Masehi, yang pernah dijadikan Ibu Kota Kerajaan kalingga, tepatnya daerah Po-Lu-Kia-Sien yang ditafsirkan Pulokerto, salah satu nama desa di wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasoeroean. 

Setelah masa kejayaan Kalingga berakhir muncullah KerajaanMataram Kuno di bawah kekuasaan Dinasti Sanjaya Tahun 856 Masehi. Pada tahun 929,Mpu Sindok seorang Raja dari keluarga lain menggeser pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur tepatnya di Desa yang identik dengan Desa Tembelang Jombang.Mpu Sindok mengeluarkan 20 Prasasti diantaranya terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol Pasuruan. Di Era Majapahit, nama Pasuruan tertulis dalam Kitab Negara Kertagama Karangan Empu Prapanca. Sesudah Kerajaan Majapahit surut, berdirilah Kerajaan Demak Bintoro, Kerajaan Giri Kedaton, Kerajaan Pajang, dan Kerajaan Mataram , Kerajaan Majapahit mulai surut disebabkan terpecahnya para pemimpin juga oleh pengaruh perkembangan agama Islam. Majapahit runtuh, sebagian besar rakyatnya ikut memeluk agama Islam dengan meninggalkan budaya Jawa yang bercorak animistik-hinduistik, dan mengikuti ajaran para wali. Namun, sebagian kecil yang tetap memeluk agama nenek moyangnya, melarikan diri ke daerah lain diantaranya di bagian selatan Pasuruan, orang mengenalnya dengan daerah Tengger

Pangeran Majapahit (anak Brawijaya V) yang telah memeluk Islam dengan dukungan para wali mendirikan Kerajaan  Demak .  Setelah era Demak berakhir, dilanjutkan Kerajaan Pajang berpusat di pedalaman yang dipimpin oleh Jaka Tingkir  ,  Setelah era Kerajaan Pajang berakhir,muncullah kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senopati (1575-1601). Kemudian diteruskan oleh Mas Jolang bergelar Sultan Hanyokrowati (1601-1613).

Masa Mbah Sholeh Semendi  

Perkiraan hidupnya Mbah Sholeh Semendi sekitar awal abad XVI hingga tahun1743, ketika Pasuruan dipimpin mulai dari Adipati Pate Supetak, Kiai GedeeDermoyudho I, Kiai Gedee Dermoyudho II, Mas Pekik dengan gelar Kiai Dermoyudho(III), Kiai Onggojoyo, Untung Suropati, Rakhmad, Onggojoyo yang bergelarDermoyudho (IV), Setelah beberapa kali berganti pimpinan, hingga Raden ArioWironegoro. Masa ini (1601-1749), Pasuruan di bawah kekuasaan Mataram yang dipimpin mulai dari Mas Jolang, Raden Rangsang/Sultan Agung (1613-1646) menguasai Pasuruan, Mangkurat I, Mangkurat II, Mangkurat III, Sunan Pakoeboewono I,Mangkurat IV, hingga Sunan Pakoeboewono II

Adipati Pasuruan diteruskan oleh Kiai Ngabai Wongsonegoro bergelar Tumenggung Nitinegoro, yang beristri seorang putri dari selir Kanjeng Susuhunan Pakubuono II dari Kertosuro yang bernama Raden Ayu Berie yang merupakan keturunan dari Sunan Ampel dan Raden Ayu Berie melahirkan Raden Groedo. Raden Groedo yang masih berusia 11tahun menggantikan Tumenggung Nitinegoro menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Kiai Adipati Nitiadiningrat (I). Di masa beberapa Adipati ini, Mbah Sholeh Semendi diperkirakan sudah wafat jika dianalisis dari usianya. Adipati Nitiadiningrat (I) menjadi Bupati Pasuruan selama 48 tahun (hingga 8 November 1799) dan mendirikan Masjid Agung Al Anwar bersama Kiai Hasan Sanusi(Mbah Slagah)  putra dari Sa’ad bin Syakaruddin yang masih keturunan Mbah Sholeh

Pasuruan merupakan daerah yang cukup lama dikuasai oleh raja-raja yang beragama Hindu. Hal ini diperkuat dengan keberadaan Patih Gajah Mada (di masa tua) yang mendapatkan tanah perdikan bernama Madakaripura yang merupakan sebuah dusun bernama Dadapan di desa Grogol, dua kilo meter di sebelah timur laut kecamatan Gondang Wetan, kabupaten Pasuruan. dan kemungkinan  Madakaripura terletak di kabupaten Pasuruan, antara Grogol dan desa Winongan, 6 km di sebelah tenggaranya. Dari penemuan tersebut, memperkuat pengaruh Hindu Majapahit di masa itu, khususnya di Winongan.

Winongan sebagai ibukota pertama Pasuruan, pernah menjadi sebuah kerajaan yang dipimpin oleh raja pertama bernama Murdangkoro di bawah kekuasaan Majapahit.  Dia memimpin Kadipaten Pasuruan dengan adil dan Bijaksana hingga usia tua. Satu-satunya orang kepercayaannya adalah Pangeran Ngrangrangkusuma. 

Di Winongan terdapat danau Banyubiru, secara geografis masih satu KecamatanWinongan, yang nilai sosial budayanya tidak jauh berbeda. Kepercayaan akan suatu halmistis (mitos) masih cukup melekat pada masyarakat yang tinggal di sekitarnya , Legenda lain menceritakan tentang seorang manusia bernama Tombro, sang penggembala yang sedang menunggu kerbau-kerbaunya di hutan. Karena kerbau-kerbaunya tak kunjung datang, Tombro pun pergi menyusuri hutan untuk mencarinya,dan menemukan kerbau-kerbaunya terjebak di kubangan lumpur. Setelah Tombro mengeluarkan mereka dari kubangan lumpur tersebut, dia melihat kubangan lumpur itu berubah menjadi kolam air yang jernih nan kebiruan. 

Kabar tersebut didengar oleh Bupati Pasuruan yang bertama yakni Raden Adipati Nitiningrat. Bupati tersebut mengajak saudagar dari Belanda yang bernama PW Hoplan. Kemudian kolam tersebut dibangun oleh Belanda sebagai pemandian umum dan diberi nama telaga wilis. Agar terlihat indah, kolam tersebut dihiasi dengan taman dan diberi sebelas patung yang diambil dari Singosari

Di Desa Winongan, hidup seorang Guru Padepokan bernama Labuh Geni yangmempunyai banyak pengikut baik Pengaruh di masyarakat juga Mempunyai pengaruh pada kerajaan . Bahkan Labuh geni mempunyai pengaruh sampai sewilayah Jawa Timur. Labuh Geni adalah sosok yang memiliki kesaktian dengan andalan kesaktian berupa Geni (api) yang sekaligus menjadi julukannya, 


Di masa Kerajaan Winongan ini, kabar pengaruh kuatnya Agama Hindu dan Budha dan kuatnya Pengaruh orang sakti kanuragan disana membuat Mbah Sholeh untuk bisa Da'wah dan datang ke Winongan . Beliau populer setelah menang dalam adu kesaktian melawan Labuh Geni, kemudian menjadi pelopor penyebaran ajaran Islam di Winongan. 

Ada bukti tentang keberadaan Mbah Sholeh Semendi, Labuh Geni, Raja Murdangkoro, dan Raja Ngrangrangkusuma yakni makamnya yang berada satu Wilayah Winongan. Sedangkan bukti keberadaan Mbah Sholeh Semendi lebih dikuatkan dengan adanya beberapa petilasan


Gambar 1 Gambar 1

MBAH SHOLEH SEMENDI DAN PARA LELUHUR

Kyai Sholeh yang dipetilasan Beliau tertulis Al-habib Sholeh Bin Hasanuddin Bin Syarif Hidayatulloh ,  dipanggil Mbah Sholeh Semendi di usia sepuh,  makamnya terletak di Winongan Pasuruan tepatnya di Desa Winongan Lor.  beberapa literatur , Beberapa pendapat dari Dzurriyahnya dan beberapa cerita dari Masyarakat , menegaskan bahwa Mbah Sholeh Semendi adalah sosok yang mempunyai ikatan darah dengan penyebar Islam Nusantara yakni Walisongo bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung jati 

Ada beberapa Versi yang berkembang mengenai leluhur dari Mbah Sholeh Semendi , dari yang saat  berkembang di Masyarakan menyebutkan Bahwa Mbah sholeh Semendi adalah putra dari Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon ,  mempunyai bibi bernama Syarifah Khadijah 

Dalam naskah Deklarasi Kraton Kanoman Cirebon yang berdasarkan kajian Manuskrip Pesoccen Bangkalan Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon adalah putra dari Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) yang silsilahnya beliau ke Rosululloh ﷺ  dari Husein As-Syahid yang bersambung dari Sayyid Jamaluddin Husein Akbar (Jumadil Kubro)

Dalam Naskah Negarakertabumi Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon adalah putra dari Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) yang silsilahnya beliau ke Rosululloh ﷺ  dari Husein As-Syahid yang bersambung dari Alwi 'Ammul faqih Hadhramaut

Dalam Versi Dzurriyah yang seperti dituliskan oleh Mas Hamid Abdulloh adalah " Simbah Buyut Kito Ugi Guru Kito: 1~Sayyid Sholeh Semendi, Winongan, Pasuruan, wafat 1723. bin Sultan Ageng Tirtayasa w.1692 bin Abu Ma'ali Achmad w.1650 bin Mahmud Abdul Qodir w.1651 bin Mochammad w.1596 bin Yusuf w.1580 bin Sultan Chasanuddin w.1570 bin Syarif Hidayatulloh Sunan Gunung Jati w.1568 " 

Dalam Naskah Kitab Purwaka Caruban Nagari ,  Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon adalah putra dari Syarif Abdullah (Sultan Hut / Sultan Mahmud) yang silsilahnya beliau ke Rosululloh ﷺ  dari Husein As-Syahid yang bersambung dari Alwi al-Mishri

Dalam Silsilah yang dikeluarkan Lembaga Kekancingan Rabithah Babad Kesultanan banten  menyebutkan bahwa Mbah Sholeh Semendi yang juga mempunyai sebutan Al Jaelani Al Hasani merupakan Dzzurriyah Rosul dari Hasan Al-Mujtaba' R.A yang bersambung dari Sayyidi Syekh Abdul Qodir Al-Jailani

Dari beberapa Versi mengenai Leluhur dari Mbah Sayyid Sholeh Semendi , satu penyataan yang pernah disampaikan oleh KH. Abu Amar  ( Beliau bersama dengan KH. Nur Jasim adalah   dua kyai yang berpengaruh pada masanya dan Merupakan Dzurriyah dari Mbah Sayyid Sholeh Semendi yang mengungkap keberadaan Maqbaroh Beliau ) yang memberikan pernyataan "  Kalau menurut cerita datu-datuk saya, ya..... kebetulan Keluarga kami tidak terlalu menghiraukan masalah nasab. Nuwon sewu ya. Itu adalah privasi keluarga kami. Jadi Kami mengatasnamakan saya tidak punya hubungan dengan Mbah semendi, sehingga kalau saya ingin punya hubungan denganmbah semendi, maka saya harus ikut tingkah laku Mbah SholehSemendi itu namanya nasab bililmi wal amal. apa gunanyanasab kalau tingkah laku tidak sesuai dengan Mbah Semendi.

Pernyataan ini bisa ditafsiri sebagai sikap kehati-hatian dalam hal Nasab, meneladani Amaliah Mbah Sholeh Semendi lebih utama dari pada mengakui senasab tapi perilakunya tidak mencerminkan Amaliah /  ajarannya.  

MBAH SHOLEH SEMENDI DAN DZURRIYAHNYA 

Mbah Sholeh Semendi yang dalam Silsilah yang dikeluarkan Lembaga Kekancingan Rabithah Babad Kesultanan banten mempunyai istri yang bernama Ratu Keben Al-Bukhori binti Sultan Maulana Hasanuddin Banten  , Beliau  mempunyai bibi bernama Syarifah Khadijah yang mempunyai tiga putra, yakni Sayyid Sulaiman, Sayyid Abdurrahim dan Sayyid Abdul Karim yang dari ketiga keponakannya tersebut 2 (dua ) orang menjadi menantunya yaitu  Sayyid Sulaiman ( Mojoagung ) dan Sayyid Abdurrohim ( Mbah Arif Segoropuro ) 

Mbah Sholeh Semendi mempunyai Putra Punti antara lain 

  • Mbah Nyai Ulwiyah ( Menjadi istri dari Mbah Sayyid Sulaiman Betek-Mojoagung )
  • Mbah Nyai Alawiyah ( Menjadi istri dari Mbah Arif Segoropuro )
  • Mbah Kyai Syakaruddin  ( Kyai Keboncandi Pasuruan ) 
  • Abdul ghoni 

dan dilain Naskah yang ini bersumber dari naskah yang digunakan Dzurriyah Hamdani menyebutkan jika Mbah Sholeh Semendi mempunyai 6 orang anak yaitu : istri Mbah Sayyid Sulaiman , Istri Mbah Arif Segoropuro , Mbah Syakaruddin , Mbah iskandar , Mbah Ghozali dan Mbah Ibrohim 

Gambar 1 Gambar 2  

MAQBAROH MBAH BUYUT SEMENDI 

MAQBAROH adalah kata serapan bahasa Arab yang lazim dipakai oleh kalangan pesantren untuk menyebut “kuburan” (=tempat pemakaman umum). Walaupun kuburan dan maqbaroh adalah dua kata yang bermakna sama dan bersumber dari kata dasar yang sama pula, yakni “qobbaro”/kubur, namun kadang penerapannya memiliki klasifikasi berbeda. Kata maqbaroh identik digunakan oleh kaum santri, sementara kuburan umumnya dipakai oleh kalangan di luaran santri (masyarakat abangan). 

Maqbaroh / Makam / Pesarean (Istilah Pesarean di jawa lebih Familier untuk menghurmati orang-orang yang meninggal dan dikuburkan disitu yang mempunyai jasa-jasa dimasa lalu ) , banyak makam yang ahirnya memberikan makna atas suatu hal dan keberadaannya , begitu juga dengan Makam Mbah Buyut Sholeh Semendi tidak saja meninggalkan jejak pada sejarah namun juga menunjukan pada masa lalu ada sosok wali yang menyebarkan dan menjadi pelopor Da'wah islam di Winogan dan Pasuruan .


Awal mula ditemukannya Makam sang Wali  diketemukan adalah saat ada  cerita-cerita dari Mbah-mbah dari Dzurriyah Mbah Sholeh Semendi yang  ketika duduk-duduk kemudian , Beliau  tahu kalau di situ ada makam orang alim  akhirnya Tawasul. Lambat laun  Kyai Nur Jasim  berkata " bib di sini ada wali, " dan ditambah keterangan lagi dari KH Abu Amar yang  istiqomah di sini, 
Dari penegasan dua kyai ini, ( Almaghfurlah KH Nur Jasim dan Almaghfurlah KH Abu Amar, ) dua kyai yang berpengaruh di masa itu awal orang tahu dan akhirnya diakui oleh masyarakat bahwa makam tersebut adalah makam seorang wali. Mula-mula yang sering berziarah adalah keluargaDzurriyah Beliau, kedua kyai tersebut, kemudian masyarakat. dan lambat laun Para peziarah semakin bertambah banyak apalagi setelah diadakannya Houl pertama pada tahun 1970 dan atas dorongan para ulama’ terkemuka Pasuruan. Akhirnya, Mbah Semendi mendapat pengakuan dari ulama dan masyarakat Pasuruan karena keberadaan makamnya. Namun yang paling penting adalah pengakuan dan penghargaan atas jasa-jasanya di masa silam
Maqbaroh Mbah Buyut Sholeh Semendi yang dari Mauidhoh yang disampaikan oleh KH. Asy'ari Mahfudz yang beliau dalam Keluarga Besar Dzurriyah Mbah Buyut Sholeh Semendi sebagai Suhu (Rois Am ) tersebut menyampaikan bahwa Makam Mbah Sholeh Semendi akan ditinggikan yang tujuannya agar saat Lokasi yang kerap dilanda banjir tersebut bisa digunakan untuk Berziarah dan tidak lagi kebanjiran , disampaikan juga Pelopor dan Pelaksana pekerjaan tersebut  langsung oleh KH. Suadi Abu Amar  yang saat ini sebagaian sudah teruruk dan Maqbarohnya sudah bisa ditempati saat acara Houl tahun ini 
Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1


Dalam sambutannya juga beliau  menuturkan bahwa Dzurriyah Mbah Sholeh Semendi juga akan melebarkan dan membeli tanah yang akan menghubungkan Area parkir yang akan langsung terhubung ke Area makam Mbah Sholeh Semendi dengan harga Rp. 1 milyar untuk lahan seluas 1900 m2 yang pembiayaannnya hanya akan dibebankan kepada seluruh Dzurriyah Mbah Sholeh Semendi dengan tanpa melibatkan Sumbangan-sumbangan lainnya dari selain Dzurriyah terutama dari sumbangan pemerintah dari sumber yang tidak diketahui pastinya . 
Dalam pengumpulan dana tersebut juga Dzurriyah tidak menaruh kotak Amal diarea sekitar makam dan kembali ditegaskan untuk Dana diharapkan dengan partisipasi dari Dzurriyah yang ada baik Dzurriyah terkait Nasab maupun Dzurriyah terkait Sabab (sebab ) yang utamanya yang Dzurriyah yang Aghniya' dan punya Kewenangan/pejabat 

Gambar 1 Gambar 1



Wallohu A'lam Bissowab

والله أعلمُ بالـصـواب 
“Dan Allah Mahatahu yang benar atau yang sebenarnya”. 



















Script

0 comments:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti