Filled Under: ,

KH. MUNTASHOR & MASYAYICH PONDOK PESANTREN NURUL CHOLIL BANGKALAN

Masyayikh Nurul Cholil Generasi Pertama KH. Zubair Muntashor  &
Masyayikh  Generasi kedua KH. Abdulloh Zubair  

RIWAYAT KH MUNTASHOR MUHAMMAD  , MUASSIS PP NURUL CHOLIL

1. Nasab dan Pernikahan

KH. MUNTASHOR bin Muhammad bin  Sholeh Bin Hafid Bin Mahdholi Al-Idrisi dari Yaman , seperti Dawuh Putra Beliau ( KH. Zubair Muntashor ) dalam kesempatan 

انا زبير بن منتصر بن محمد بن صالح بن حافظ بن محضلي الادريسي من يمن

"Saya Zubair Bin Muntashor Bin Muhamad Bin Sholeh Bin Hafid Bin Mahdholi Al-Idrisi dari Yaman". 

Merupakan Menantu KH. Imron Kholil  yang berarti juga merupakan Cucu Menantu dari Guru Beliau yaitu Syekhona KH. Moh. Kholil  . Beliau ( KH Muntashor Muhammad ) menikah dengan Putri ke-tiga dari KH. Imron Kholil & Nyai Hj. Mutmainnah yang bernama  Nyai Hj. Nadhifah binti KH. Muh Imron

Pernikahan Beliau dengan Cucu dari Syaikhona KH. Muh Kholil tersebut  mempunyai hanya seorang Putra semata wayang  , Menurut cerita salah seorang santrinya, dulu Ibu Nyai Nadhifah lama tidak mempunyai keturunan. Maka, suatu ketika, kiai Muntashor bermunajat di Mekkah. Ketika itulah, kiai Muntashor mendapat sebutir gabah, yang kemudian diberikan kepada Ibu Nyai Nadhifah. Alhamdulillah, tak berapa lama, munajat kiai Muntashor diijabahi  Allah . Ibu Nyai Nadhifah mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan. Anak itu pun diberi nama Zubair. Zubair kecil diasuh dan dididik langsung oleh ayahnya, yang kelak menjadi  seorang kiai terpandang di kawasan Bangkalan, dalam lingkungan keagamaan yang kuat.

Sekilas  Sejarah KH.R  (Syaichona) Muhammad Cholil , Keluarga dan Dzurriyahnya 

KH.R  (Syaichona) Muhammad Cholil  dilahirkan pada 11 Jamadil akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 Masihi di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. 

Beliau berasal dari keluarga Ulama , Beliau juga memiliki garis keturunan kepada Sunan Gunung Jati yang merupakan salah seorang wali songo di Pulau Jawa. Berikut ini adalah silsilah Syaikhona Muhammad Cholil menurut KH. As‟ad Syamsul Arifin, Sukorejo, Asembagus, Situbondo

 " Sunan Gunung Jati >>>Sayyid Sulaiman Mojoagung >>> Kiai Abdulloh >>>Kiai Asror karomah >>> kyai Muharrom >>>Kyai Abdul karim >>>Kyai Hamim >>> Kyai Abdul Lathief >>> KH.R (Syaichona ) Muhammad Cholil  "

Muhammad Cholil Kecil digembleng langasung oleh ayah Beliau , menginjak dewasa beliau ta'lim diberbagai pondok pesantren. Sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Kiyai Muhammad Chalil belajar kepada Kiyai Muhammad Nur di Pondok-pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok-pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok- pesantren Keboncandi. Selama belajar di pondok-pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kiyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya.
Sewaktu menjadi Santri , Beliau telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). disamping itu juga beliau juga seorang hafiz al- Quran. Belia mampu membaca alqur'an dalam Qira'at Sab'ah (tujuh cara membaca al-Quran).

Pada 1276 Hijrah/1859 Masehi, KH Muhammad Chalil Belajar di Mekah. Di Mekah KH Muhammad Khalil al-Maduri belajar dengan Syeikh Nawawi al-Bantani(Guru Ulama Indonesia dari Banten). Di antara gurunya di Mekah ialah Syeikh Utsman bin Hasan ad- Dimyathi, Saiyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani i. Beberapa sanad hadis yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi (Bima, Sumbawa). 

KH.R  (Syaichona) Muhammad Cholil  dijelaskan  memiliki sembilan istri menurut catatan K.H. Mahfudz Hadi, yaitu:
  1. Raden Ayu Assek binti Lodrapati
  2. Ibu dari Nyai Rahmah (tidak diketahui namanya)
  3. Raden Ayu Arbi‟ah
  4. Nyai Mesi
  5. Nyai Su‟lah
  6. Nyai Khuttab
  7. Nyai Sabrah
  8. Raden Ayu Nurjati (putri bangsawan, janda dari Kanjeng Bupati Paenah)
  9. Seorang janda kaya yang berasal dari Telaga Biru (Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan
Meski memiliki 9 istri, akan tetapi Beliau memiliki keturunan hanya dari 4 orang istrinya yaitu 
  1. Raden Ayu Assek binti Lodrapati, 
  2. Ibu dari Nyai Rahmah, 
  3. Raden Ayu Arbi‟ah, dan 
  4. Nyai Mesi. 
Berikut ini gambaran lebih rincinya yaitu:

1. Raden Ayu Assek binti Lodrapati,  Dikaruniahi Dua (2) orang anak 
  • 1. Nyai Khotimah, menikah dengan Kyai Munthoha  dan Dikaruniahi 4 Orang Anak
  • 2. Kyai Muhammad Hasan , menikah dengan Nyai Karimah namun tidak dikaruniai anak
2. Ibu dari Nyai Rahmah ( Tidak diketahui namanya ) , Dikaruniahi Satu (1) orang Anak 
  • 1. Nyai Rohmah , menikah dengan  Kiai Muhammad Bakri dan dikaruniahi 1 Orang anak yaitu Muhammad Umar.
3. Raden Ayu Arbi‟ah , Dikaruniahi Dua (2) orang Anak 
  • 1. Ahmad Baidhowi (meninggal sejak 5 bulan)
  • 2. KH. Muhammad Imron , menikah dengan Nyai Mutmainnah yang diakaruniai 5 orang  yaitu:
    1.  Nyai Romlah, ( Pengasuh PP  Syaichona Muhammad Cholil - Bangkalan  , Menikah dengan KH. R Zahrowi , Beliau merupakan ibu dari KH Abdulloh Schal )
    2. Nyai Aminah,  ( Ibu dari KH. Abdul Fattah  Pengasuh PP  Syaichona Muhammad Cholil )
    3. Nyai Nadhifah, ( Menikah dengan KH. Muntashor , yang merupakan Muassis & Pengasuh PP Nurul Cholil Bangkalan )
    4. Kiai Makmun dan 
    5. Kiai Amin Imron  ( Politikus PPP dan merupakan Orang tua dari KH Fuad Amin Imron , Mantan Bupati Bangkalan )
Selain istri pertamanya  Nyai Mutmainnah, Kiai  Imron juga memiliki istri yang lain, ia bernama Nyai Maimunah.  Perkawinan dengan istri keduanya ini Kiai Imron dikaruniai anak empat yaitu:

    1. Kiai  Munawir,  
    2. Nyai Naimah, 
    3. Nyai Arfiyah dan 
    4. Nyai Jamaliyah.  

4. Nyai Mesi , Dikaruniahi Satu (1) orang Anak
  • 1. Nyai Asma (lahir di Mekkah) , menikah dengan  KH. Muhammad Yasin yang dikaruniahi  8 orang anak 

2. Sanad Ilmu dan Karomah Beliau

KH. Muntashor pernah mondok di Panji, (Siwalanpanji ) Sidoarjo yang diasuh oleh KH. Muhammad  Khozin, seorang ulama yang sangat warok dan alim. Selepas dari Panji Sidoarjo beliau melanjutkan belajar ke Pesantren Sidogiri yang pada saat itu masih diasuh KH. Abd. Djalil. Setelah dari Sidogiri Beliau mondok dan menjadi santri Syaikhona KH. Moh. Kholil yang kemudian diambil menantu oleh putra Syaikhona KH. Moh Kholil

Di zamannya, KH. Muntashor dikenal sebagai ulama yang warok , mempunyai sifat kesabaran yang tinggi ,  Beliau juga mempunyai rasa malu yang besar. ,  Mengenai sifat tersebut,  dituturkan dalam beberapa kesempatan oleh orang-orang dekat Beliau anatara Lain :
  • Putra Beliau ( KH. Zubair Muntashor ) menceritakan: suatu hari ada tamu datang dari desa Tona'an untuk nyabis kepada KH. Muntashor. Tamu tersebut membawa telur bebek sebagai oleh-oleh yang akan diberikan kepada beliau. namun karena setelah ditanya kepada tamu tersebut ternyata bebeknya mencari makan di sawah orang, sehingga  telur pemberian tersebut lansung beliau tolak.
  • Dalam wawancara yang dilakukan koresponden AL ASROR dengan Ust. Dasuqi Paka'an, salah satu santri beliau, menuturkan bahwa: "KH. Amin Imron memberi julukan KH. Muntashor sebagai Pendekar Warok.” "Setiap hari Kiai hanya makan bubur dan roti kering, tidak pernah makan nasi." cerita H. Zainuddin, santri asal Desa Kelean yang pernah mondok selama 17 tahun. "Selama mondok, saya tidak pernah melihat Kiai marah. Selain itu Kiai selalu abhesah (menggunakan Bahasa Madura halus) kepada santrinya. Setiap kali lewat di depan santrinya, beliau selalu agelenon (permisi)." 
  • Dalam penuturan H. Hosen menuturkan "Kiai Muntashor itu sangat sabar, sampai-sampai kiai-kiai di Bangkalan mengatakan tidak ada kiai yang lebih sabar dari beliau di Bangkalan ini." , "Kalau sakit, beliau tidak mau berobat ke dokter. Beliau menganggap semua yang menimpanya adalah ujian." lanjut alumni asal Desa Tonggur Sadeh tersebut.
  • H Abd. Rosyid Sorpa. menuturkan "Kiai Muntashor tidak pernah keluar rumah kecuali untuk melaksanakan sholat jum'at."  Beliau  Sholat Jum'at  di Masjid Jami' Bangkalan. Setiap hendak berangkat ke masjid, beliau selalu menutupi kepala dengan sorban. Beliau hanya memberi sedikit celah agar bisa melihat ke arah jalan saja. Suatu ketika beliau ditabrak sepeda. Namun saat beliau menoleh, ternyata yang menabrak tadi adalah seorang wanita. Alih-alih marah, seketika itu juga beliau langsung memalingkan wajah dan berlari. Selain jarang keluar, beliau juga tidak berkenan kalau difoto. Pernah suatu ketika pada saat KH. Muntashor melampa (berjalan), RKH. Fuad Amin memotret beliau. Namun setelah dicetak, foto beliau tidak tampak, padahal Kiai Fuad memotret beliau sampai tiga kali. Dan sampai sekarang tidak ada peninggalan dokumentasi foto beliau.

Dalam keseharian KH. Muntashor, sikap sabar dan warok ,mempunyai rasa malu yang besar  memang seolah sudah menjadi nafas. Walau demikian, kalau berkaitan dalam menegakkan syariat islam, beliau sangat tegas. Bila tiba bulan Ramadhan, jika beliau melihat orang yang tidak berpuasa, entah itu orang biasa atau orang berkedudukan tinggi, beliau tidak segan-segan menegurnya. Syariat islam adalah hukum yang wajib dipatuhi oleh siapapun.

Ulama adalah pewaris para nabi. Perbuatan mereka pasti sesuai dengan anjuran rasul. Dari sekian banyak pelajaran yang patut kita teladali dari KH. Muntashor, barangkali keistikamahan beliau harus diutamakan. "Setiap amaliah Abah (KH. Muntashor) selalu dilandasi dengan istikamah." ujar KH. Zubair Muntashor Dan memang, setiap perbuatan yang beliau kerjakan tersebut, selalu dilakukan secara kontinu, terus-menerus dan tak pernah putus.

Keistikomahan merupaka salah satu karomah  Salah satu keistikamahan tersebut adalah sholat berjama'ah. Dan ternyata, keistikamahan tersebut adalah amaliah yang selalu dilakukan KH. Muntashor, pendiri Pondok Pesantren Nurul Cholil. dengan  selalu sholat berjemaah di awal waktu.Sholat berjama'ah merupakan aktivitas yang sangat diprioritaskan dalam sejarah perjalanan PPNC dengan tujuan untuk mengajarkan santri agar senentiasa menjaga istikamah dalam segala hal. Dan hal tersebut menjadi rutinitas yang tetap dilaksanakan sampai sekarang.

3. Keluarga dan Penerus KH. Muntashor 

Foto : KH. Zubair Muntashor 
Pernikahan Beliau dengan Cucu dari Syaikhona KH. Muh Kholil tersebut  mempunyai hanya seorang Putra semata wayang yang bernama KH. Zubair Muntashor, Beliau ( KH. Muntashor ) wafat, tahun 1977, 

sebelum wafat Beliau , seluruh keluarga dan sanak saudara berkumpul pada waktu itu. Baik keluarga besar PP. Nurul Cholil maupun PP. Syaikhona Cholil. KH. Abdulloh Schal pun hadir saat itu. Ketika naza' (sakaratul maut), KH. Muntashor berkata kepada KH. Abdulloh Sachal: "Dul, Dhemar (lampu minyak) yang ada di amper (beranda), rajeih (besarkan agar lebih terang).” Entah apa maksud KH. Muntashor berkata demikian kepada KH. Abdulloh Sachal. Namun, KH. Zubair Muntshor menyimpulkan bahwa generasi penerus Pondok Pesantren Nurul Cholil dan Pondok Pesantren Syaikhona Cholil tidak akan terputus, akan ada keturunannya yang akan meneruskan. Dan semoga setiap generasi penerus tersebut menjadi cahaya penerang seperti nur yang dilihat oleh KH. Imron Kholil di pekarangan KH. Muntashor yang menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Nurul Cholil.

Foto : KH. Zubair Muntshor & KH. Abdulloh Sachal

Pada saat-saat  Pondok Pesantren mulai berkembang pesat , lalu tiba-tiba semua santri dikejutkan dengan wafatnya Pendiri sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesanten Nurul Cholil yakni KH. Muntashor Muhammad. Meskipun berurai air mata duka, seluruh insan pesantren sadar bahwa perjuangan dakwah melalui pesantren harus terus dilanjutakan. Maka pada tahun kejadian tersebut, tahun 1977 kepemimpinan Pondok Pesantren dipangku oleh putra tunggal KH. Muntashor Muhammad yakni KH. Zubair Muntashor .


SEJARAH  PENDIRIAN DAN PENGASUHAN PONDOK PESANTREN NURUL  CHOLIL  - DEMANGAN BARAT BANGKALAN 

1. Sejarah Pendirian  PP Nurul Cholil Demangan Barat - Bangkalan 

Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Cholil yang lahir dari tangan dingin Keturunan dari Syaikhona Kholil Bangkalan yang Dzurriyah Beliau banyak memberikan sumbangsih pada Da'wah dan pengembangan Pendidikan Islam dengan pendirian Pondok Pesantren dan Lembaga pendidikan keagamaan  , 

Pondok Pesantren yang lahir dengan sebelumnya adanya Isyaroh yang diberikan Alloh    melalui seorang keturunan Syaikhona Kholil Bangkalan yakni KH. Imron Kholil  yang pernah melihat ada sinar diatas pekarangan rumah KH. Muntashor Bin Muhammad sholeh - yang merupakan menantunya sendiri. Pengalaman itu oleh KH. Imron Kholil lalu disampaikan kepada santrinya,( dhabu atau perkataan )   bahwa di lokasi itu nantinya akan berdiri sebuah pesantren besar. Dan salah satu dari keturunannya akan menjadi pengasuhnya. 

Pada Tahun 1957   awalnya, Pondok Pesantren Nurul Cholil hanyalah berupa sebuah musholla kecil berukuran 4x4m2, yang lalu diperluas menjadi 8x12 m2. Bangunan yang dibuat  KH. Muntashor Muhammad  yang merupakan salah satu santri Syekhona KH. Moh. Kholil dan juga menjadi menantu KH. Imron Kholil  tersebut,  Berdiri dan berkembangnya Pondok Pesantren Nurul Cholil , bermula dari Perkembangan Pondok Pesantren  Syaikhona Cholil yang terletak tidak Jauh dari Bilik Musholla tersebut , Perkembangan Pondok Pesantren Syaikhona Cholil yang berkembang pesat  dengan perkembangan santri-santri yang mondok kian hari kian bertambah, sehingga asrama pemukiman yang ada tidak dapat menampung santri. Konon sebagian santri sampai berteduh di bawah pohon Salak. Sehingga membuat salah seorang santri minta izin kepada Kiai Haji Makmun bin Kiai Haji Imron dan Kiai Haji Fathur Rozi untuk pindah ke musholla Kiai Haji Muntashor sebelah barat Ponpes Syaikhona Cholil yang berukuran 4×4 meter persegi dan berstatus tanah waqof dari Datuk Muhammad Bin Sholeh.

Dari sinilah cikal bakal berdirinya pondok pesantren Nurul Cholil yang saat itu jumlah santri masih bisa dihitung dengan jari. Santri pertama ponpes ini bernama Syafi’i. Ponpes ini pun juga masih belum memiliki nama saat itu. Seiiring dengan berjalannya sang waktu, santri pun kian hari kian bertambah banyak, oleh karena itu Kiai Muntasor berinisiatif untuk membangun asrama pemukiman untuk santri. Dalam hal ini Kiai Muntashor dibantu oleh Haji Jawini (Juaini) Pakaan Lao’ dan Haji Abd Jalil Sattoan Bangkalan. Pembangunan pun dimulai dan berdirilah asrama berukuran 8×12 meter persegi tersekat menjadi 4 bilik , yang tentu saja kecil-kecil. Saking kecilnya tempat tersebut oleh Ibu Beliau ( Bu Nyai Nadzifah Binti KH. Imron Kholil ) disebut "Cangkruk" -tempat kecil untuk beristirahat dan berfikir. 

" Tangan dingin " KH. Muntashor Muhammad dan Bu Nyai Nazhifah binti KH. Imron bin KH. Muhammad Cholil tersebut mampu  mengubah  musholla kecil berukuran 4x4m2, yang lalu diperluas menjadi 8x12 m2 menjadi tempat ngaji santri-santri Beliau ,  Dimulai dengan seorang santri mukim pertama yang bernama syafi'i, Pondok Pesanten Nurul Cholil terus mendapatkan kepercayaan masyarakat. mengukuhkan diri saat itu sebagai Pondok pesantren dengan  lembaga pendidikan salaf, Pondok Pesantren ini mengadopsi sistem belajar bandongan dan sorogan. Ternyata sistem tersebut mampu memikat animo masyarakat untuk menuntut ilmu dan mengaji ke pondok yang diasuh Kiai Muntashor ini. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengikuti kegiatan bandongan dan sorogan tersebut, di antaranya terdapat Kiai Haji Thobroni bin Kiai Haji Abd Aziz Sebaneh, beliau sangat akrab sekali dengan Kiai Muntashor. Era 70-an istilah cangkruk berubah menjadi Ponduk Jhubara’(pondok barat; red) dan asrama santri bertambah menjadi 21 bilik dengan berupa bangunan kayu yang menjadi ciri khas pesantren kala itu. perkembangan dan Animo Masyarakat yang positif tersebut menjadikan pondok pesantren tersebut mampu memikat Puluhan bahkan ratusan orang tua menitipkan anaknya untuk dididik di sana dan  Santri terus bertamabah sampai bilik-bilikpun terus ditambah sampai mencapai 23 bilik. dan berkembang menjadi  Pondok Pesanten Nurul Cholil.  Di atas tanah yang ditunjuk oleh Kyai Imron Kholil tersebut itulah, sekarang berdiri Pondok Pesantren Nurul Cholil.

Pada tahun 1977 mendung duka menyelimuti kota Bangkalan, Kiai Muntashor selaku pengasuh sekaligus pendiri pondok pesantren meninggal dunia. Kemudian secara otomatis tongkat estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh putra tunggal beliau yaitu Kiai Haji Zubair Muntashor.

2.  KH. Zubair Muntashor  Melanjutkan  Pengasuhan dan Pengembangan Pondok Pesantren Nurul Cholil Demangan Barat - Bangkalan 

A. Keluarga dan Dzurriyah KH. Zubair Muntashor 

Pernikahan KH. Muntashor Muhammad  dengan  
Nyai Hj. Nadhifah binti KH. Imron Cucu dari Syaikhona KH. Muh Kholil tersebut  mempunyai hanya seorang Putra semata wayang yang bernama KH. Zubair Muntashor,

KH. Zubair Muntashor Menikah dengan Nyai Hj. Musri'ah binti  KH. Anwar Noer , Istri Beliau merupakan putri ke tujuh dari KH. Anwar Noer bin H. Nur  dan Nyai Hj. Malihah binti KH. Moh. Yasin  ( Muassis dan Pengasuh Pondok Pesantren Al Kholiliyah An Nuroniyah ) 
Istri Beliau yang juga merupakan Cicit/Buyut dari Syaichona KH. Muh Kholil Bangkalan juga merupakan Cicit/Buyut dari KH. Ya'qub Hamdani dari Siwalanpanji ,  sehingga istri Beliau merupakan keturunan orang-orang 'Alim , ulama' besar dan berpengaruh di Zamanya 

Pernikahan Beliau dikaruniahi  Sebelas (11) Orang anak
  1. KH. Abdulloh Zubair
  2. Hj. Siti  Romlah
  3. H. Hasyim Asy'ari
  4. H. Ahmad Faqod
  5. Hj. Khodijah
  6. H. Fathurrozi
  7. H. Hasani , S.IP., M.KP 
  8. H. Zaenal Arifin
  9. Hj. Nur Nadzifah
  10. Hj. Ghurrotul Qomariyah
  11. Hj.  Nafisah
Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1




B. Pendidikan & Karomah  KH. Zubair Muntashor 

Pada saat masih kecil, Zubair kecil diasuh dan dididik langsung oleh ayahnya, yang juga salah seorang kiai terpandang di kota Bangkalan, Madura dalam lingkungan keagamaan yang kuat. Hingga saat berusia belasan, ia dikirim untuk belajar di Pondok Pesantren Sidogiri. Di tempat tua inilah, ia menghabiskan masa belajar selama tujuh tahun. "Saya mondok selama tujuh tahun. Tapi dulu saya agak mbeling, nakal," kata Kiai Zubair suatu ketika. 

Belajar KH Zubair waktu itu memang biasa-biasa saja. Tapi ketika ayahandanya wafat, Kiai Zubair tersentak, dan menyadari bahwa dialah generasi penerus satu-satu ayahnya. Karena dirinya adalah anak satu-satunya yang harus melanjutkan estafet dakwah sang ayah, yang juga harus mengasuh ratusan santri di pesantren peninggalan ayahnya, Pondok Pesantren Nurul Cholil. Pada akhirnya beliau berusaha kerasa menuntut ilmu kembali dengan beberapa Masyayikh di Madura. Usaha dan keinginan inilah yang mengantarkan Beliau mendapat anugerah berupa ilmu laduni. Karena itu, tak mengherankan bila di usia yang terhitung muda, sekitar 30 tahun, Kiai Zubair sudah bisa merangkul jama’ah majelis ta’lim peninggalan ayahnya, yang di antara mereka ada kiai sepuh dan ustadz. Silaturrahim dan kedekatan dengan Ulama'-ulama' pun dijalinnya hingga dengan ulama' dari Yaman ( dimana Beliau pernah berkata bahwa Beliau merupakan keturunan dari Yaman  "
Foto KH. Zubai Muntashor danKH Anwar Manshur (Pengasuh PP Lirboyo Kediri 


Foto KH. Zubair Muntashor dan Habib Umar bin Hafidz dari Yaman 

  ( انا زبير بن منتصر بن محمد بن صالح بن حافظ بن محضلي الادريسي من يمن ) Habib Umar bin Hafiz , Beliau Akrab dan bersahabat dengan Habib Umar bin Hafidz 
 
Mengenai karomah Beliau , banyak  kisah unik Beliau dengan santri - santrinya. 
Pernah suatu ketika, tahun 1998, (sebelum ada Tol Panjang ) salah seorang santrinya diperintahkan untuk ke Jakarta, tepatnya ke Krama Sentiong, Jakarta Pusat menggunakan mobil carry, cuma hanya dalam waktu 10 jam. Si santri tentu heran , Mana mungkin Madura-Jakarta ditempuh dalam waktu 10 jam??? , Tetapi Kiai Zubair memaksa, bahkan memarahi si santri. Maka, dengan membaca Bismillah, akhirnya si santri berangkat juga.  Ajaibnyaaa, waktu yang ditempuh dari Madura-jakarta cuma delapan jam saja. Bukan 10 jam... Setelah kembali ke Madura, si santri diberi tahu oleh kakak sepupu KH. Zubair, (almarhum) KHS. Abdullah Schall.  “Jangan heran, itu adalah ilmu orang tua KH. Zubair yang diberikan kepada KH. Zubair,” katanya. , 
Dalam menguji santrinya, KH. Zubair juga terkenal unik. Beliau sering meminta sesuatu kepada santrinya,, padahal si santri masih tidak mampu secara materi.  Secara nalar, permintaan itu tidak akan bisa dipenuhi. Tapi justru sebaliknya.  Malah, kehidupan si santri menjadi berkah berlipat - lipat dan Ini banyak dialami santri-santri KH. Zubair

Disamping banyak Karomah Beliau juga mempunyai Keistiqomahan dan Amaliah yang mencerminkan kepribadian Beliau ,  Ketika masih sehat, meskipun sudah berusia sepuh, Kiai Zubair selalu istiqomah mengimami shalat lima waktu, membangunkan sendiri para santri dengan mendatangi kamar mereka satu-persatu, bahkan ‘menunggui’ para santri sejak pagi sampai mereka masuk ke kelas. Tidak heran jika Pondok Pesantren Nurul Cholil asuhan beliau menjadi salah satu pondok pesantren paling maju di Bangkalan. Itu semua karena beliau benar-benar ‘nirakati’ pondok asuhannya mulai ketika santri masih berjumlah belasan, hingga kini ribuan santri dan alumni. Kiai Zubair bahkan terkenal sebagai Kiai yang jarang berceramah dan mengisi acara di luar pesantren, karena seluruh waktu beliau wakafkan untuk menjaga para santri. Keistiqomahan lainnya Beliau Di akhir-akhir hayat beliau, setiap pagi blusukan ke desa-desa di Bangkalan, berkumpul dengan masyarakat, dan salah satu acara ‘wajib’ yang selalu dilakukan dengan masyarakat adalah acara ‘pelepasan burung’. Dan bukan hanya satu! Jumlahnya puluhan atau bahkan ratusan Meski mungkin ada makna ‘sirr’ atau rahasia lain di balik amalan Kiai Zubair itu, tapi saya yakin itu adalah upaya beliau untuk meraih kasih sayang dan ampunan Allah 

Banyak keteladanan dan kebaikan yang bisa kita contoh dari Kiai Zubair. Salah satunya, ta’dhim yang luar biasa kepada guru. Cukup banyak yang menyaksikan, ketika selesai sholat jum’at di Masjid Senenan, tiba-tiba beliau mencium tangan seorang lelaki tua dengan penampilan biasa. Usut punya usut, ternyata kakek tua itu adalah guru Kiai Zubair ketika masih di jenjang Sekolah Dasar.
 

C.  Kepemimpinan  KH. Zubair Muntashor & Pengembangan  Pondok Pesantren

D
ibawah kepemimpinan KH. Zubair Muntashor , Pondok Pesanten yang awalnya dikenal  Ponduk Jhubara’(pondok barat; red)  , Sejak tahun 1983 berubah menjadi " Pondok pesantren  Nurul Cholil Al-Muntashori "  ,atas inisiatif dari Kiai Zubair Muntashor. Nama ini diasumsikan sebagai perkembangan dari perwujudan dawuh Kiai Imron bin Syaichona Cholil jauh sebelum pondok pesantren ini berdiri. Kemudian pada tahun 1992 nama Ponpes Nurul Cholil Al-Muntashori disingkat menjadi " Ponpes Nurul Cholil atas usul dari ibu nyai Hajjah Masri’ah Anwar. Usul yang sebelumnya disetujui oleh pengasuh pondok pesantren Kiai Zubair Muntashor. Sampai saat ini pondok pesantren yang didirikan pada tahun 1957 dan sudah memiliki ribuan santri itu bernama Pondok Pesantren Nurul Cholil.

PP Nurul Cholil terus berbenah. Dengan tetap berpegang pada model salaf yang berciri khas pada pengkajian intensif kitab kuning (klasik), sistem belajar yang dibagi menjadi dua yakni model bandongan  (Klasikal) dan sorongan (privat) dengan gaya monologis, dan juga mulai diterapkan gaya dialogis. Model Bandongan / Gaya monologis adalah model yang pembelajaran disampaikan satu arah yaitu dipandu oleh Pengasuh dan Ustadz senior dimana biasanya sistim ini santri hanya mendengarkan dan memberikan catatan pada kitab saat dibacakan/dijelaskan oleh pemandu , sedangkan Model Sorogan / gaya dialogis adalah model yang pembelajarannya disampaikan dua arah yaitu santri membacakan dan disimak oleh Pemandu atau sebaliknya yang biasanya santri jumlahnya terbatas , dalam hal ini biasanya  dipandu oleh para Ustadz dengan kelompok yang lebih terbatas disesuaikan dengan tingkat kemampuan santri.  
Gambar 1 Gambar 1


Beliau dengan telaten mengadakan pembenahan di berbagai sektor dan disesuiakan dengan tuntutan zaman, namun tetap dalam kriteria salafiyah, terutama di sektor pendidikan , Dengan cara demikian maka diharapakan para santri bisa membaca dan memahami kitan kuning baik secara tekstual maupun kontekstual. Lebih jauh, karena nantinya akan terjun ke masyarakat, hasil pemahamannya bisa diaktualisasikan di tengah masyarakat.

Dalam hal pendididikan Karakter santri , kedisiplinan santri juga mendapat perhatian, mulai saat itu semua santri diwajibkan untuk melaksanakan sholat secara berjamaah serta dilarang untuk keluar dari wilayah pondok pesantren di waktu malam hari. juga dalam penumbuhan karakter dan kedisiplinan santri dalam menjaga kebersihan sebagaimana dalam ajaran sunnah dan hadis, Nabi Muhammad ﷺ  sering menekankan pentingnya kebersihan. Beliau menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, dan bahwa Allah ﷻ mencintai orang-orang yang bersih dan rapi   hal ini diaktualisasikan dengan terpilihnya sebagai pesantren terbersih di Bangkalan

Pada tahun 1986 Pondok Pesantren Nurul Cholil mulai mendirikan Pesantren Putri secara khusus. Hal ini sesuai dengan pandangan pengasuh tetntang penting pendidikan agama untuk kaum wanita. Hal demikian juga sejalan dengan antusiasme masyarakat, yang mulai sadar betapa pentingnya ilmu agama. Tidak hanya untuk kaum laki-laki, tetapi juga kaum wanita.
Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1


Tahun 1987, adalah tahun penting bagi perjalanan Pondok Pesantren Nurul Cholil selanjutnya. Betapa tidak, sejak tahun itu mulai diterapkan struktur kepengurusan Pondok Pesantren sesuai manajemen organisasi modern. Mengingat jumlah santri yang terus bertambah pemebenahan demi pembenahan terus dulakukan. Sarana dan prasarana terus bertamabah , unit demi unit pun bermunculan satu demi satu. Bilik-bilik kecil dimasa lalau sudah banyak berganti dengan gedung-gedung tinggi berlantai tiga atau empat.
Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1

 Pada tahun 1995 Madrasah Diniyah yang dinamakan " Madrasah Asrorur Cholil " Berdiri , Madrasah ini menggabungkan sistim Klasikal yang ada dengan sistim pendidikan berjenjang yang metode pendidikan disesuaikan dengan Usia , masa Mondok & kemampuan santri dalam belajar Diniyah .
Sistim ini membagi pendidikan santri dalam Empat (4) jenjang yaitu :
  1. Ijaziah  : Yang diperuntukan bagi santri baru dengan waktu pendidikan 1 tahun yang mengedepankan pada pembelajaran Menulis Arab Pegon 
  2. Ibtida'iyah  : dengan waktu pendidikan 3 tahun yang mengedepankan pembelajaran Nahwu dan Shorof
  3. Tsanawiyah : dengan waktu pendidikan 3 tahun yang mengedepankan pembelajaran Fiqih 
  4. Aliyah : dengan Waktu pendidikan 3 tahun yang mengedepankan pembelajaran Fiqih Tasawuf 
Dalam pendidikan dasar PP Nurul Cholil mengadopsi Metode " Amsilati " yaitu metode cara cepat baca kitab kuning yang efektif pada anak sekelas SD yang bisa dikuasai antara 6 bulan hingga 1 tahun yang menyesuaikan kecerdasan anak . 

Pondok Pesantren ini juga Mengembangkan pendidikan Formal Setingkat SD dengan Madrasah  Ibtida'iyahnya , Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) dan pada tahun 2019 Mengembangkan Pendidikan tinggi/ Ma'had Aly 

Sejak tahun 1998 sampai sekarang, berturut-turut unit organisasi dibawah Pondok Pesantren Nurul Cholil masing-masing memantapkan eksistensnya. Dimulai dengan unit pendidikan  bernama Madrasah Asrorul Cholil,  dan Pendidikan Formal Dalam Pendidikan Madrasah Ibtida'iyah , Madrasah Tsanawiyah , Madrasah Aliyah , Ma'had Aly  berkembang ke unit Lembaga-lembaga berbasis Lainnya , antara lain 
  • Lembaga-lembaga / unit yang berbasis Pendidikan :  antara lain diberikan lewat Lembaga Pengajaran Al-Qur'an (LPQ) , Jam'iyah Qurra' Wal Huffadz (JQWH) , Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) Arab & Inggris , 
  • Lembaga-lembaga / unit yang berbasis Pengembangan diri dan Sosial Kemasyarakatan : antara laian diberikan lewat wadah Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) Al-Muta'allimin , Jam'iyah Shalawat Anaasyidusshafa , Majlis Ta'lim, Dzikir Dan Shalawat Asrorul Musthofa , Forum Kajian Kitab Kuning , Majlis Musyawarah Mingguan & Bulanan (M3B) , Forum Musyawarah Kubra (FMK) , Kelompok Bimbingan Haji (KBIH) Asshafa
  • Lembaga-lembaga / unit yang berbasis Olahraga dan ketahanan diri antara lain lewat Lembaga Extra Kulikuler Olahraga Beladiri , Futsal , Volly , Basket , Tenis meja
  • Lembaga-lembaga / unit yang berbasis  ekonomi dan ketrampilan santri antara lain lewat Lembaga Kursus Komputer (Reguler, Privat & Teknisi) , Lembaga Extrakulikuler Duble Trak ( Desiner , Otomotif , Vidio editing dll ) , Koperasi Pondok Pesantren ( sebagaia pusat pembelanjaan santri & masyarakat ) , Konveksi, NC Mairt di berbaigai tempat 
  • dan lainnya
Semua bertujuan menyiapkan santri bukan hanya handal berbasis agama namun juga handal dalam bidang yang diminatinya yang mampu memberikan kemanfaatan  bagi Keluarga dan Masyarakat . 
Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1


C.  Wafatnya  KH. Zubair Muntashor 

Pengasuh Generasi Pertama setelah Wafatnya Muassis/Pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Cholil ini diketahui kesehatannya sudah menurun sejak beberapa bulan terakhir dengan beberapa kali harus dilakukan perawatan Intensif di Rumah sakit , seperti disampaikan oleh Putra sulung Beliau " KH. Abdulloh Zubair " dalam postingan di WAG yang disampaiakan pada 11 Maret 2024 , seperti vidio berikut

KH. Zubair Muntashor ,  cicit atau generasi keempat dari Syaikhona KH. Moh. Kholil ini Menghembuskan Nafas terahir pada  hari Ahad  , 28 April 2024 M/ 19 Syawal 144H  , Berita ini diketahui dari WAG Dzurriyah yang ada dan disampaikan dalam akun istagram @nurulcholilonline 
"Telah berpulang ke rahmatullah, guru kami KH. Zubair Muntashor, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Cholil Bangkalan. Wafat Ahad, 19 Syawal 1445 H/28 April 2024 M," tulisnya

sosok yang selama ini menjadi panutan umat. Memiliki sikap totalitas dalam membimbing dan membina umat Islam. yang juga hingga terahir hidup Beliau di dunia saat Ajal menjemput Beliau yang masih tercatat diamanahi sebagai Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan. Beliau  menghembuskan nafas terakhir pada pukul 10.00 WIB ,  di kediamannya di Bangkalan , 

Jenazah  Orang yang selama hidupnya selalu diabdikan untuk Ibadah , Amal Sholeh , Mendidik Agama dan Kemaslahatan Ummat tersebut  , diberangkatkan dari  Pondok Pesantren Nurul Cholil setelah di mandikan dan Sholatkan di lingkungan Pondok Pesantren  menuju Masjid Agung Bangkalan sekira pukul 15.00 WIB atau ba’da Shalat Ashar dengan diiringi ribuan Santri-santri Beliau dan puluhan ribu Masyarakat yang selalu mencintai dan bersaksi atas kebaikan yang telah diperbuat Almarhum selama Hidupnya .   Jenazah diberangkatkan untuk di dishalatkan di Masjid  Agung Bangkalan yang terletak tidak jauh dari komplek Pondok Pesantren dan selanjutnya kembali di Sholatkan di Masjid Syaichona Kholil  sebelum di Makamkan . 
Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1 Gambar 1



Setelah Jenazah di sholati oleh  ribuan santri dan masyarakat Bangkalan  di Masjid yang mampu menampung Banyak jama'ah tersebut , Selanjutnya diberangkatkan  menuju Pesarean Martajasah untuk dimakamkan. Di Pesarean tempat dimana Syaikhona KH Moh. Kholil dan Dzurriyah Beliau ini dimakamkan disitu pula Jenazah KH. Zubair Muntashor disemayamkan .
Gambar 1 Gambar 1



3. KH. Abdulloh Zubair Penerus Estafet  Pengasuhan dan kemajuan Pondok Pesantren Nurul Cholil 


Script

0 comments:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti