Filled Under: ,

KHR. ITSBAT BIN ISHAQ & PONDOK PESANTREN BANYUANYAR-PAMEKASAN -MADURA

 




RIWAYAT KHR. ITSBAT BIN ISHAQ

1. Nasab dan Kelahiran

Kiai Itsbat  masih memiliki darah keturunan dari beberpa analisa dan data yang ada yaitu 

  • Dari Sunan Giri (Ainul Yaqin) hal ini berdasarkan pada analisa/data KH. Ahmad Sa’id Bulugading Bangsalsari Jember Dan Hasil Cek Silang Data Dengan Keluarga Alm. Kh. Hafidz Dz Nogosari Rambipuji Jember didapatkan Silsilah Beliau yaitu :" Kyai Itsbat bin Kyai Ishaq bin Kyai Hasan bin Nyai Embuk Toronan binti Bujuk Agung Toronan bin Nyai Lambung binti Nyai Aminah , Tanamira Laok binti  Zainal Abidin, Kyai Agung Cendana (Candenah) bin Nyai Gede Kedaton binti Panembahan Kulon bin  Raden Ainul Yaqin, (Sunan Giri)
  • Dari Sunan Ampel Melalui Sunan Drajad hal ini berdasarkan pada analisa/data KH. Hasan Bashry Hasyim, Kasiyan timur Puger Jember didapatkan Silsilah Beliau yaitu : " Kyai Itsbat bin Kyai Ishaq bin Kyai Hasan bin Nyai Embuk, Toronan binti Bujuk Agung Toronan bin Nyai Lembung, Nyai Aminah, Tanamira Laok binti  Zainal Abidin, Cendana Bangkalan bin Muhammad Khatib (Suami Nyai Gede Kedaton) bin Kyai Musa bin Qosim, Sunan Drajad bin Raden Rahmat, Sunan Ampel.

Beliau mempunyai silsilah dari Raja Ronggosukowati Pamekasan dari jalur Adipati Yudho Negoro. Selain itu, kiai karismatik itu juga  memiliki nasab dari Sunan Cendana Bangkalan dan Syekh Ahmad Baidawi atau sosok yang dikenal dengan sebutan Pangeran Katandur Sumenep.

2. Da'wah  dan Pendirian Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan madura 

KHR. Itsbat bin Ishaq adalah salah seorang ulama kharismatik yang terkenal dengan kezuhudan,


ketawadhuan dan kearifannya , Beliau berda'wah dengan awalnya membangun sebuah langgar (musholla) kecil yang sebagai tempat mengaji ilmu agama masyarakat sekitar pada tahun  1787 M/1204 H  . ada awalnya santri yang belajar masih sebatas dari kalangan masyarakat sekitar langgar, Kala itu, mereka yang nyantri itu adalah santri ‎kalong/cologan, yaitu sebutan bagi santri yang belajar namun tidak bermukim di pondok. Tapi lambat laun, berkat ketabahan dan keuletan serta sifat zuhud yang dimiliki Kiai Itsbat, akhirnya sedikit demi sedikit santri mulai berdatangan baik dari segenap penjuru di lingkungan pesantren bahkan juga dari beberapa daerah di luar Banyuanyar.

Kyai.Itsbat  sebelumnya tinggal ditempat yang sangat jauh dari keramaian, tepatnya di desa longsereh kecamatan robatal kabupaten sampang. Tidak lama kemudian beliau pindah bersama keluarganya ke desa potoan daya palengaan pamekasan . Di daerah baru yang masih berupa semak belukar, kering dan tandus ini beliau berusaha menggali sumur guna mendapatkan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari. 

Atas jerih payah dan usaha beliau, akhirnya berkat izin Allah SWT. Beliau dapat menemukan sumber mata air yang cukup besar dari sumur yang digalinya dan tidak pernah surut sedikit pun,  sumber mata air tersebut  difungsikan sebagai air minum masyarakat dan santri Beliau disana saat itu  , dan bahkan sampai sekarang sumber mata air tersebut masih difungsikan  sebagai air minum  keluarga besar Pondok pesantren Banyuanyar .

Bermula dari inilah maka lokasi ini dinamakan " Banyuanyar"  yaitu suatu nama yang berasal dari bahasa jawa yang artinya " Air baru " yang memberikan kehidupan, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Pondok Pesantren Banyuanyar”. Hal ini terjadi kira-kira tahun 1204 h/1788 M .

Beliau yang memberikan pondasi dasar berdirinya Pondok Pesantren dengan mengasuh langsung santri-santrinya dari tempat Musholla kecil tersebut terjadi pada periode th. 1788-1868 , Beliau memulai membina pondok pesantren diawali dengan taqarrub (mendekatkan) diri kepada Allah dengan menjalani puasa selama kurang lebih satu tahun yang ditujukan dan diniatkan terhadap pendirian pondok pesantren yang dibina, keluarga dan putra-putranya, dan untuk santri-santrinya, agar senantiasa dapat mengembangkan dan mengamalkan ilmunya sehingga dapat dirasakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat.

3. Keluarga dan Generasi Penerus

KHR (Maulana ) Istbat bin Ishaq yang wafat dengan meninggalkan Generasi-generasi , Anak-anak yang memberikan Kemanfaatan bagi Agama dan masyarakat dikemudian hari , Beliau dikaruniahi Delapan (8) orang anak dengan ada tiga putra Beliau yang wafat masih muda , putra/putri Beliau adalah :

  1. ... Wafat Muda 
  2. ......... wafat Muda 
  3. KH Nasiruddin (Ayah KH Badruddin, Panyeppen)
  4. KH Abd Ghoni ( Ayah KH Maksum, Besuk Probolinggo)
  5. KH Abd Hamid  (Banyuanyar)
  6. KH Abdullah (Banyuayu), 
  7. Kyai  Arif (Wafat Muda), 
  8. Wafat Muda

SEJARAH  PENDIRIAN DAN PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN BANYUANYAR

KHR. Itsbat bin Ishaq  yang awalnya membangun sebuah langgar (musholla) kecil yang sebagai tempat mengaji ilmu agama bagi santri dan masyarakat sekitar dan saat menjelang kematian Kiayi Istbat Bin Ishak, Langgar Banyuanyar diwasiatkan agar diubah menjadi Pondok Pesantren yang diberinama saat itu " Pondok Pesantren Banyuanyar ".

Seperti biasanya, tradisi kepemimpinan pondok pesantren didasarkan pada garis keturunan putra, Begitu juga dengan pondok pesantren banyuanyar. Setelah K.Itsbat wafat, Kepemimpinan pondok pesantren diteruskan oleh RKH.Abd.Hamid yang merupakan putra ke lima Beliau . 

1. Periode Rintisan oleh RKH. Abdul Hamid  (Periode 1868-1933)

Kiai Abdul Hamid lahir di Pamekasan sekitar tahun 1810 M, yang tidak lain putra Kiai Istbat bin Ishaq penggagas sekaligus pendiri PondokPesantren Banyuanyarpada tahun 1788 M. Beliau dalam meneruskan kepemimpinannya beliau masih menganut dan melanjutkan tradisi dan sistem yang diwarisi ayahnya. 

Masa pendidikan K.H. Abd. Hamid diwaktu kecil dan Remaja dibimbing langsung oleh orangtua Beliau yaitu Kyai Itsbat bin Ishaq ,ketekunan dan kesabaran Kiai Itsbat (sebagai ayah) dalam membimbing dan mengajar anak bernama Abdul Hamid, penekanan bimbingannya pendalaman atas ilmu-ilmu keislaman agama dengan harapan supaya be;iaua menjadi anak yang pandai dalam bidang ilmu agama dan dapat meneruskan perjuangannya , Abdul Hamid Remaja  kemudian meneruskan pendidikan Islamnya ke pusat Kiblat Umat Muslim dan Tempat Rosululloh ﷺ dilahirkan yaitu di  di Mekkah al-Mukarramah , Beliau disana  mendapat bimbingan langsung dari ulama-ulama terkemuka, seperti Syeikh Nawawi al-Bantani, dan lainnya  .

Karomah Beliau yang dikenal sebagai ulama’ yang mumpuni dalam ilmu agama, salah satu karomah  keistemewaan yang dimilikinya yaitu kehausannya akan ilmu pengetahuan sehingga faktor usia tidak membuat surut semangatnya untuk selalu menimba ilmu pengetahuan, hal ini terbukti pada tahun 1933 beliau kembali lagi ke Mekkah, selain untuk menunaikan ibadah haji yang kesekian kalinya juga untuk menimba dan menambah ilmu pengetahuan dari ulama-ulama terkemuka. Tradisi keilmuan ini merupakan “ciri dari sistem pendidikan tradisional” yang berkembang pada masa klasik di mana para pencari ilmu bepergian (rihlah) bergabung dengan jemaah haji dan kafilah-kafilah (pedagang) dengan tujuan dapat bertemu dan menimba ilmu pengetahuan secara langsung dengan para guru dan tokoh terkemuka dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. 

Karya Beliau yang  Selain sibuk mengajar anak muridnya pada setiap hari, beliau masih sempat menulis risalah-risalah kecil atau catatan-catatan harian yang bermuara pada isi kandungan pelajaran yang akan diajarkan kepada anak murid, terutamanya pelajaran yang berkenaan langsung dengan asas-asas agama Islam khas bagi pemula atau awam seperti tauhid, fiqh, etika (bahasa Madura: tatakrama) dan lain-lain. Karya tersebut diberi nama " Kitab Tarjuma " , yang mulai tahun dibukukannya hingga saat ini menjadi pegangan pokok (master book)

Wafat Beliau yang  Wafat  sesuai hadist Nabi 

أَيْ يَمُوْتُ عَلَى مَا عَاشَ عَلَيْهِ وَيُبْعَثُ عَلَى ذَلِكَ
“Yaitu ia meninggal di atas kehidupan yang biasa ia jalani dan ia dibangkitkan di atas hal itu” (At-Taisiir bi Syarh Al-Jaami’ As-Shogiir 2/859)

Beliau yang gemar mencari Ilmu dan Beribadah di Makkah Al-mukarromah , disana Beliau  setelah menunaikan ibadah haji beliau menderita sakit hingga menyebabkan wafat,“dan dimakamkan di sebelah barat Maqbarah Ma’la. ( tempat penguburan di Makatul Mukarramah) pada Tahun 1933 M . 

Adapun putra-putrinya ada 7:
  1. Nyai Salma istri KH Zayyadi
  2. Nyai Ruqayyah (Kayu Manis)
  3. Nyai Syafi’ah (Beringin)
  4. KH Abdul Majid (Bata-Bata)
  5. KH. Baidhawi (Banyuanyar)
  6. KH Abdul Aziz (Temporejo, Jember)
  7. Nyai Juwairiyah (Bulugading, Jember)

Selanjutnya urusan pimpinan pondok diserahkan sepenuhnya kepada putranya yaitu K.H. Abd. Majid, yang juga punya pengalaman cukup lama belajar agama di Mekkah Al Mukarramah, sehingga kemampuan dan pengetahuannya dibidang agama tidak diragukan lagi.

2. Periode Pengembangan oleh RKH. Abdul Majid (Periode 1933-1943)


Pendidikan Lora hasbullah nama kecil K.H. Abd. Majid selain mendapat didikan, bimbingan, dan arahan dari ayahnya sendiri ( RKH. Abdul Hamid ) , beliau mengalami masa pendidikan dari beberapa pondok pesantren yang merupakan tradisi ilmiah yang terjadi dalam dunia pondok pesantren (santri kelana); dengan berpindah dari satu pondok ke pondok yang lainnya. 

Di antara beberapa pondok pesantren yang dialaminya yaitu; 

 

  • Pondok Pesantren Sidogiri , Di pondok pesantren ini beliau mendapat tambahan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan di bidang fiqih yang merupakan spesialisasi disiplin ilmu pondok tersebut. 
  • Mekkah Al Mukarramah yang menjadi  akhir dari perjalanan menimba ilmu pengetahuan agama, beliau melanjutkan studi Ke Mekkah Al Mukarramah guna mendapatkan ilmu pengetahuan dan ijazah dari masyayikh (guru besar) yang merupakan sentral ilmu pengetahuan agama.

Karya Beliau terkenal alim dan kreatif dalam tulisan ilmiah ataupun bait syair dan doa. Hasil karya ilmiahnya yang menyusun petikan-petikan syair yang dikenal dengan "  Kitab Nubdah " yang diantara isinya berisi tentang semangat untuk belajar ilmu Nahwu dan Fiqih. Bait-bait syair ini sampai sekarang menjadi lantunan pembukaan ketika santri hendak memulai mengaji kitab Alfiyah (Nahwu) dan kitab Fiqih sambil lalu menunggu kehadiran sang kyai. 

Kepiawaian beliau dalam bidang gramatikal terbukti dengan penyusunan teks khutbah jum’at yang sampai sekarang masih dipakai sebagai teks tetap khutbah jum’at di pondok pesantren Banyuanyar, Bata-Bata, dan beberapa pondok lainnya serta di beberapa masjid yang berpatokan terhadap pondok pesantren Banyuanyar dan Bata-Bata. Sebelum peluncuran teks khutbah jum’at tersebut, menurut beberapa sumber bahwa teks tersebut melalui pentashian (pengujian) tata bahasa yang dihadiri oleh beberapa ulama terkemuka pada saat itu, seperti Kiai Sa’dullah pengasuh pondok pesantren Sidogiri, ayah K.H. Alawi Muhammad pengasuh pondok pesantren Karongan Sampang, dan hadir pula K.H. M. Khalil Bangkalan guru beliau. Sementara karya dalam bentuk bait doa beliau menambah pada bait terakhir karya K.H. M. Khalil Bangkalan yaitu;

وعلمك احوالي واحوال ولدتي وتلميذتي حسبي سؤالي في امل
وعلمك احوالي واحوال ولدتي وتلميذتي اهلي فحسبي في امل

“Ilmumu, ya Allah semuga menjadi tingkah laku kami, dan tingkah laku anak-anak kami. Serta murid kami, semuga engkau mengkabulkan harapan kami. Dan ilmumu ya Allah semuga menjadi tingkah laku kami dan anak-anak kami. Serta murid dan keluarga kami, semuga engkau mengabulkan apa yang menjadi harapan kami”.

Alunan doa ini dibaca selepas tiap-tiap shalat fardu sebagi tradisi turun-temurun dari pondok pesantren K.H. M. Khalil Bangkalan.

Pada masa kepemimpinan K.H. Abd. Majid, Banyuanyar mengalami kemajuan yang sangat pesat baik dalam bidang pembangunan sarana, maupun jumlah santri. Kecakapan dan semangat yang dimiliki dalam mengelola pesantren, tidak hanya mengalami kemajuan dari segi jumlah santri dan sarana, tetapi beliau berhasil mencetak dan menjadikan santri-santrinya menjadi kader ulama yang berkompeten, di antaranya sebagai berikut: 

  • K.H. As’ad Syamsul Arifin (Alm.), pengasuh P.P. Syafi’iyah Salafiyah Asembagus Situbondo.
  • KH. Shaleh, pengasuh P.P. Suger Jember.
  • K.H. Zaini Mun’im pengasuh P.P. Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Pada tahun 1943 .KHR. Abd. Majid merintis dan membina pondok pesantren baru yang sekarang dikenal dengan nama Mambaul Ulum Bata-Bata berlokasi di desa Panaan, kecamatan Palengaan, kurang lebih 2 km ke arah selatan dari pondok pesantren Banyuanyar. Selama kurang lebih 12 tahun beliau memimpin pondok ini beliau meninggal dunia tepatnya pada tahun   1364 H/ 1957 M ,  tepatnya  tanggal 6 Syawal 1364 H/ 1957 M.  (versi lain pada 1955 M ) 

Beliau meninggalkan 3 orang Anak yaitu :

  1. Kyai Abdul Hamid Baqir
  2. Nyai Tuhfah, Bata-bata
  3. Kyai Abdul Qadir, Bata-bata
3. Periode Kemajuan  oleh RK.H. Baidawi (Periode 1943-1966 )

Saat K.H. Abd. Majid mulai membina pondok pesantren Bata-Bata, pembinaan dan kepemimpinan pondok pesantren diserahkan kepada putranya yang tertua yaitu K.H. Abd. Hamid Bakir, namun karena tidak dapat sepenuhnya berada di pondok pesantren Banyuanyar, dan masih berada di pulau Jawa dalam rangka ikut aktif berpartisipasi berjuang melawan Belanda khususnya di daerah Jember Selatan dan Banyuwangi Selatan, mulai tahun 1945 sampai Renville beliau berada di pulau Jawa, maka urusan pembinaan dan kepemimpinan pondok ini selama kurang lebih 20 tahun dipimimpin oleh K.H. Baidawi adik kandung K.H. Abd. Ma`jid atau paman dari K.H. Abd. Hamid Bakir itu sendiri.

K.H. Baidawi pada tahun 1961 mempelopori berdirinya madrasah di daerah-daerah di kabupaten Pamekasan, Sumenep dan Sampang sebagai agen dari pendidikan pondok pesantren dengan maksud penyebaran ilmu pengetahuan agama dapat terjangkau oleh lapisan masyarakat yang tidak memungkinkan menimba langsung ke pondok pesantren. Sementara sistem pendidikan di pondok pesantren sendiri masih tetap mempertahankan apa yang menjadi tradisi sebelumnya yaitu dengan memfokuskan terhadap pendalaman pengetahuan agama melalui sistem pengkajian kitab kuning.

K.H. Baidawi wafat pada tahun 1966  beliau , dikaruniahi enam (6) orang Anak yaitu :
    1. Ny.Hj.Muflichah (PP.Banyuanyar Pamksan) 
    2. R. Muhammad (wafat masih kecil)
    3. R. Mishbach (wafat masih kecil)
    4. Ny. Hj.Asma (PP.Madukawan Pamkasn)
    5. Ny.Hj.Faridah (PP.Panyepèn Pamekasn)
    6. KH.R.Muhammad Rofi'i (PP.Banyuanyar Pmkasn)
    kepemimpinan yang pada masa Beliau ini juga merupakan kepemimpinan " Bersama " dengan  K.H. Abd. Hamid Baqir bin KH. Abd Majid   yang pada saat itu pula memimpin pondok pesantren Kalibaru di Banyuwangi (sekarang dilanjutkan oleh K.H. Nuruddin).  dan Setelah Wafatnya KH. Baidhowi , Beliau ( KHR Abdul Hamid Baqir ) menjadi Pengasuh dan Pemimpin Pondok Pesantren Banyuanyar

    4. Periode Pengembangan Lembaga Pendidikan  oleh K.H. Abd. Hamid Baqir (Periode 1966-1980 )

    KH. Abdul Hamid Baqir merupakan putera tertua dari pasangan KH. Abd Majid dan Nyai Aisyah, yang memiliki garis keturunan langsung dari R.KH. Abdul Hamid, putera dari pendiri Pondok Pesantren Banyuanyar, R.KH. Isbat. Setelah sebelumnya kepemimpinan dipegang oleh Paman Beliau ( KHR. Baidhowi ) 

    KH. Abdul Hamid Baqir kecil yang sama seperti anak cucu dari Kyai Istbat  mendapat didikan, bimbingan, dan arahan dari ayahnya sendiri ( RKH. Abdul Madjid ) , pada masa Remaja Beliau    menuntut ilmu di banyak tempat, diantaranya 
    • Ponpes Siwalan Panji, Sidoarjo. di Pondok Pesantren tertua di Jawa timur ini Kyai Abdyl Majid cukup lama  menimba ilmu di Ponpes Siwalan Panji,
    • Makkah Al-Mukarromah, Saudi Arabi,  setelah dari Siwalanpanji Beliau melanjutkan untuk mendalami ilmu tafsir al-qur’an. Saat itu R.KH. Abdul Hamid Baqir berguru kepada Syeikh Alawai al-Maliki.
    Di dua pesantren inilah R.KH. Abdul Hamid Baqir menghabiskan masa-masa pendidikannya. Serta, memperdalam ilmu agama lintas bidang kepada para kyai dan masyaikh

    R.KH. Abd. Hamid Baqir yang merupakan juga seorang pejuang kemardekaan Republik Indonesia daerah Jember Selatan dan Banyuwangi Selatan, mulai tahun 1945 sampai Renville beliau berada di pulau Jawa  tersebut . Sehingga Beliau yang saat disana (Banyuwangi ) Juga Merintis berdirinya  Pondok Pesantren An-Nur, Kali Baru, Kabupaten Banyuwangi yang dirinya rintis sejak tahun 1957,  

    Beliau yang juga Putra Pendiri  Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan (KHR. Abd. Majid ) yang selama dua tahun (1957–1959 M) Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata Bata mengalami kekosongan kepemimpinan. Hal ini disebabkan karena putera beliau, RKH Abd Qadir masih belajar di Mekah sedangkan menantunya, RKH Ahmad Mahfudz Zayyadi sudah menetap di Pondok Pesantren Nurul Abror, Alasbuluh, Wongsorejo, Banyuwangi. Bahkan, kekosongan yang cukup lama ini menyebabkan lokasi pesantren banyak ditumbuhi rumput hingga setinggi lutut. Untuk mengisi kekosongan itu, RKH Abd. Hamid Bakir (Putera RKH Abd Majid,) harus juga  memberikan pembinaan ke Pesantren tersebut .

    Kehadiran R.KH. Abd. Hamid Baqir sebahgai Pimpinan di pondok Pesantren dengan model kepemimpinan yang menjadikan Pesantren  telah berevolusi menjadi konstruksi nilai kepesantrenan yang senantiasa dieksternalisasikan ke dalam bangunan sistem dan struktur sosial pesantren lintas aspek, . Sistem pendidikan selama masa kepemimpinan beliau tetap melanjutkan sistem salaf seperti pada masa kepemimpinan sebelumnya, yaitu pendalaman dan kajian kitab kuning khususnya pengetahuan fiqih, tata bahasa arab dan akhlak dengan metode sorogan dan weton. Menjelang akhir masa kepemimpinanya diadakan pendidikan formal, dan mulai dikenalkan dengan pengetahuan umum yang dirintis oleh menantunya, yaitu K.H. Muhammad Syamsul Arifin sekitar tahun 1969.
    Dalam kepemimpinannya kiai sudah mulai dibantu oleh bebarapa orang santri yang dikenal dengan sistem “kaloraan” (lurah) dalam pondok pesantren jawa. Yang mempunyai tugas pokok membantu memberikan pengajian. Kaloraan adalah santri senior yang ditunjuk langsung oleh kiai dengan kreteria tertentu sesuai dengan pandangan kiai. Ukuran rekrutmen mengutamakan aspek ubudiyah, sehingga sekalipun menurut santri secara umum layak karena kepandaian yang dimiliki belum tentu dalam pandangan kiai layak menjadi kaloraan.

    Beliau meninggal pada tahun 1980 M, dan kepemimpinan pesantren selajutnya dipimpin oleh menantunya yaitu K. H. Mohamad Syamsul Arifin.


    5. Periode LPI Darul Ulum Banyuanyar  oleh K.H. Muhammad Syamsul Arifin


    Masa ini merupakan momentum baru dalam estafet kepemimpinan pondok pesantren banyuanyar karena kepemimpinan pesantren tidak lagi merupakan keturunan langsung dari pemimpin sebelumnya, sebab penerus K.H. Abd Hamid Bakir adalah menantunya yang bernama k.H. Mohamad Syamsul Arifin, putra Kiai Abd. Latif, berasal dari dusun Pakes desa Panaan kecamatan Palengaan, yang terletak di sebelah barat daya kira-kira 2 km dari pondok pesantren Banyuanyar. Secara nasab (garis keturunan) beliau masih ada hubungan keluarga dengan keluarga pondok pesantren Banyuanyar, sebab K. Abd. Latif ayah beliau keturunan dari buyut congkop pakes yang masih merupakan rangkaian keturunan dari pendiri pondok pesantren Banyuanyar

    Beliau (KH Muh Saymsul Arifin ) yang pernah diperintah untuk melanjutkan dan menggantikan KHR. Abd Hamid Baqir pada saat bebergian ke pulau jawa, begitulah seterusnya setiap kali beliau bebergian, dan ketika beliau datang maka beliaulah yang mengajar, saat itu beliau baru berumur sekitar 15 tahun.

    Pendidikan Beliau yang awalnya  mondok di Alas Bulu mulai tahun 1952 , dan berlanjut antara lain :
    • Pada tahun 1954 beliau pulang ke Bata-Bata, baru kemudian pada tahun 1955 beliau pulang ke Pakes karena saat itu nyai sepuh  isteri K.H. Abd. Majid meninggal dunia, yang tak lama kemudian K.H. Abd. Majid juga meninggal dunia . 
    • Pada tahun 1960 beliau  mulai mengaji/ mondok di Banyuanyar , tetapi mengaji baru sampai pada al mu’rabatu qismani (Nahwu), kitab Sarraf (Isih) pada bab muta’addi dan untuk kitab Bidayah (akhlaq tasawwuf) baru sampai pada bab istaiqadu min an naum, beliau diperintah untuk melanjutkan dan menggantikan K.H. Abd Hamid Baqir pada saat bebergian ke pulau jawa, begitulah seterusnya setiap kali beliau bebergian, dan ketika beliau datang maka beliaulah yang mengajar, saat itu beliau baru berumur sekitar 15 tahun. 
    • Pada tahun 1963 beliau mondok lagi ke Karang Suko Malang sampai tahun 1964. Pada tahun ini pula beliau naik haji dan sekaligus digunakan untuk menimba dan memperdalam ilmu pengetahuan terhadap para masyayikh. Namun Syekh Sayyid Amin belum memberikan izin, dan menyarankan kembali lagi tahun berikutnya. 
    • Tahun 1968 beliau kembali lagi ke Makkah Almukarramah guna menimba ilmu. Akhirnya beliau pulang, dan atas anjuran K.H. Baqir beliau menuntut ilmu di beberapa pesantren; 
    • Tahun 1969 mengikuti hataman di Bangkalan, dan 
    • Tahun 1970 sempat mondok di Siwalan Panji . Barulah selepas pulang dari pondok pesantren Siwalan Panji ini beliau dipanggil Kiai Baqir dan dikumpulkan bersama istrinya yang sudah dikawinkan 10 tahun sebelumnya. 

    Beliau ( KH Muh Syamsul Arifin ) yang sejak tahun 1969 M , bersama  guru dan sekaligus mertuanya ( KHR. Abd Hamid Baqir ) mulai memperkenalkan sistim pendidikan  dengan pengetahuan umum  dan Lembaga pendidikan , pada Tahun sekitar tahun 1980 an (tahun 1986 ) dibentuk " Lembaga Pendidikan Islam Darul Ulum " sehingga dengan begitu diharapkan dapat memberi pengaruh signifikan terhadap jati diri dan pembentukan karakter santri.

    Lembaga Pendidikan Islam Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar mempunyai beberapa Jenjang Pendidikan yang dikelola yaitu :

    1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
    2. Raudatul Athfal (RA)
    3. Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA)
    4. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
    5. Madrasah Tsanawiyah (MTs). Program Khusus dan Program Umum
    6. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahfizh
    7. Madrasah Aliyah (MA). Program IPA, Program Bahasa , dan Program IPS
    8. Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Itsbatiyah/MDU
    9. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahfizh. Program IPA, Program IPS, Program Takhassus lihifdzil Quran, dan Kelas Favorite
    10. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jurusan: Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran, Keperawatan Teknik Komputer dan Jaringan, Perbankan Syariah, Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Multimedia, Teknik & Bisnis Sepeda Motor
    11. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Ulum Banyuanyar. Prodi: Bahasa dan Sastra Arab, Manajemen Pendidikan Islam,
    12. Hukum Tata Negara, Ekonomi Syariah, Pendidikan Bahasa Arab

    KH Mohammad Syamsul Arifin  , Beliau meninggal  berpulang ke haribaan ilahi, Kamis, 01 Juni 2021 / 21 Dzu-Qo'dah 1442 H .


    6. Periode LPI Al-Hamidy Banyuanyar  oleh KHR. Muhammad Rofi’I Baidhowi

    Kepemimpinan Pondok Banyuanyar  saat diteruskan oleh  K.H. Baidawi pada tahun 1961 yang  mempelopori berdirinya madrasah di daerah-daerah di kabupaten Pamekasan, Sumenep dan Sampang sebagai agen dari pendidikan pondok pesantren dengan maksud penyebaran ilmu pengetahuan agama dapat terjangkau oleh lapisan masyarakat yang tidak memungkinkan menimba langsung ke pondok pesantren.  didirikan juga Lembaga Pesantren lebih dikenal dengan nama LEMBAGA PESANTREN ISLAM (LPI) AL-HAMIDY Banyuanyar, Pengambilan  kata “AL-HAMIDY“ diambil dari nama Pengasuh terdahulu yaitu RKH. Abd. Hamid Itsbat.

    Sejak RKH. Baidlawi wafat sampai sekarang masih dipegang oleh putra tunggal ( merupakan anak ke-6 dan satu-satunya anak Putra yang tumbuh besar dari putra/putri KHR. Baidlawi , Beliau yaitu RKH. Muhammad Rofi’I Baidlawi.

    Kepemimpinan/Kepengasuhan Lembaga Pesantren Islam Al-Hamidy Banyuangyar Pamekasan Madura  oleh KH. Muhammad Rofi’ie Baidlowi sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem pendidikan klasik (Salaf) baik diputra maupun di putri, dan kemudian berkembang dengan perkembangan : 

    • Pada tahun 1989 Pendidikan di kembangkan dengan sestim Formal Ula, Wustha, Ulya dan Ma'had Aly. 
    • Pada tahun 1999-2000 Lembaga Pesantren Islam Al-Hamidy Banyuanyar menambah pendidikan dengan mengikuti kurikulum DEPAG, dengan di laksanakannya KBM mulai jenjang MI, MTs dan MA pada pagi harinya.
    • Pada tahun 2002 M./1423 H.  Dibuka Majlis Tahfidzul Qur’an pondok putra demi merespon banyaknya minat santri yang begitu banyak mempunyai keinginan menghafal Al-Qur’an. dan 
    • Pada tahun 1427 H./ 2006 M. dibuka pula program Tahfidz Al-qur'an Putri. 
    • Pada tahun 2005 membuka cabang pesantren di desa Pamoroh kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan dan 
    • Pada tahun 2006 membuka cabang pesantren di Kelurahan Longkali Kec. Longkali Kab. Paser Kalimantan Timur
    Dirosatul Mu’allimien Al-Islamy (DMI) Al-Hamidy Banyuanyar adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Hamidy Banyuanyar. DMI Al-Hamidy didirikan pada tahun 2001 dan mendapatkan status mu’adalah pada tahun 2006 serta menjadi satu-satunya lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program mu’adalah di Kabupaten Pamekasan.

    Lembaga pendidikan ini disetarakan dengan Madrasah Aliyah formal di bawah Departemen
    Agama. Dalam pencapaian tujuannya, banyak program pendidikan yang telah dibuat oleh Dirosatul Mu’allimien Al-Islamy (DMI) Al-Hamidy Banyuanyar. Untuk mecapai tujuan tersebut, maka Dirosatul Mu’allimien Al-Islamy (DMI) Al-Hamidy Banyuanyar menggunakan kurikulum yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah dibuat sejak awal beridirinya pesantren. Pada pesantren mu’adalah dengan model salafiyah perlu diketahui saat ini proses pembelajarannya sudah mengalami banyak perubahan, walaupun tetap mempertahankan keorisinilan pondok pesantren yang menggunakan kitab kuning,
    beberapa metode telah mengalami perkembangan. Selain menggunakan metode sorogan saat ini DMI Al-Hamidy Banyuanyar telah menggunakan metode diskusi atau muhawaroh yang biasanya dilakukan pada kegiatan extra kurikuler eLMA yang dilakukan satu minggu satu kali dan satu bulan satu kali yang disebut BMD. metode diskusi dilakukan untuk membahas permasalahan-permasalan yang berkaitan dengan pelajaran atau bahkan masalah diluar pelajaran yang nantinya akan disyawarahkan bersama kemudian dicari referensi dan solusinya.

    Wallohu A'lam Bissowab

    والله أعلمُ بالـصـواب 
    “Dan Allah Mahatahu yang benar atau yang sebenarnya”. 





    https://www.laduni.id/post/read/80631/biografi-kh-abdul-hamid-bin-itsbat
    https://www.alkhoirot.net/2011/09/profil-ponpes-al-hamidy-banyuanyar.html
    https://www.bata-bata.net/2017/07/02/Mengenang-Wafatnya-Alm-RKH-Abd-Majid-bin-Abd-Hamid.html
    https://sahabatfauzie.wordpress.com/2015/10/21/sejarah-dan-perkembangan-pondok-pesantren-banyuanyar-pamekasan-madura-dari-sekitar-tahun-1787-sekarang/
    http://etheses.iainmadura.ac.id/311/9/j%29%20Bagas%20Putra%20Sugihapura_20160701040045_BAB%20IV_MPI.pdf
    https://www.facebook.com/AlhamidyBanyuanyar/posts/putra-putri-khrabdul-hamid-itsbat1-nyhjsalma-pppadukuwan-pamekasan-1nyrosyidah-p/1720925858178296/
    https://www.youtube.com/watch?v=RsS0je-SIOA
    https://www.youtube.com/watch?v=GYcJ1JPFmfI


    Script

    0 comments:

    Posting Komentar

    Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti