Baca Juga terkait Mbah Sholeh Semendi
Baca Juga silsilah keatas
Baca Juga
- Para Ulama kita selalu terkoneksi dengan Baginda Rosulillah
- Saling Support antar Ulama walau bukan keluarga sendiri, tapi Support karena warisan Ilmu dan sanadnya.
- Ketawaddhu’an beliau berdua; Mbah Khozin ingin ngalap berkah dan Syaichona merasa tidak pantas.
- KH. Wahab Hasbulloh
- KH Mas Alwi Abdul Aziz
- Kyai Ridwan Abdullah
- Kyai Abdul Hamid Hasbulloh
- KH.Ahmad Sahal
- KH.Zaenuddin Fananie
- KH As'ad Samsul Arifin
- KH Mansur Pacul Gowang
- KH Maskur (Mantan Menteri Agama )
- KH. Muhammad Dahlan
- KH. Abdul Wahid Hasyim
- KH Anwar Alwi
- KH. Moh. Said Ketapang
- KH. Anwar Nur
- KH. Umar Sumberwringin Jember
- KH. M. Utsman al-Ishaqi
- KH. Abdul Majid (Bata-bata Pamekasan)
- Mbah Hamid Abdullah Pasuruan,
- Mbah Ud Pagerwojo,
- Mbah Jaelani Tulangan.
- KH Mahrus Ali
Kiai As'ad lahir di Syi'ib Ali, Mekah pada tahun 1897 M/1315 H. Beliau merupakan anak pertama dari pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maimunah, keduanya berasal dari Pamekasan, Madura. KH. R. As'ad Syamsul Arifin masih memiliki darah bangsawan dari kedua orang tuanya. Ayahnya, Raden Ibrahim (yang kemudian lebih dikenal dengan nama K.H. Syamsul Arifin) adalah keturunan Sunan Ampel dari jalur sang ayah. Sedangkan dari pihak ibu masih memiliki garis keturunan dari Pangeran Ketandur, cucu Sunan Kudus.
4. Masa Periode Generasi ke Empat (4) dan Menjaga Keberlangsungan Pondok Pesanteren Siwalanpanji
Pada masa Generasi selanjutnya yang terjadi dengan Wafatnya KH. Hasyim Abdurrohim yang sebelumnya menurut salahsatu cerita beliau sebelum wafat mengalami kebutaan ( yang ada perbedaan sejarah masalah penyebab kebutaan Beliau) dan KH. Khozin Choiruddin masih hidup ,
Banyaknya santri pada masa itu yang pondok tidak mampu menampung dan santri hingga harus tidur disembarang tempat hingga sampai meluber dipinggir sungai . membuat Pondok pesantren kepengasuhan dari masyayikh dari Sanad langsung dari KH Hamdani harus terus berjalan . pada masa itu yang sedikit demi sedikit KH. Khozin Khoiruddin menarik diri dari pondok panji dengan memberikan kesempatan bagi generasi penerus Masyayikh Siwalanpanji yang kemudian jatuh ke KH. Ahmad Faqih Hasyim yang juga merupakan cucu KH. Ya'qub Hamdani .
Estafet masyayikh Pondok Siwalanpanji yang diserahkan ke Kyai Ahmad Faqih Hasyim yang terkenal dengan kesaktian ilmu kanuragannya tersebut dengan masih didampingi oleh senior Beliau KH. Khozin berlangsung hingga ada kejadian kebakaran langgar tempat kyai Khozin tidur dan mengajar disitu sekitar tahun 1933 . Setelah kebakaran tersebut Kyai Khozin mulai tidak banyak mengajar santri-santri di siwalanpanji dan mulai mempersiapkan membuat pondokan di Buduran untuk digunakan putra Beliau yang saat itu masih mondok di makkah yaitu KH. M. Abbas Khozin hingga wafatnya beliau di tahun 1943 H.
Kesaktian ilmu kanuragan Masyayikh Panji tersebut membuat Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah pada saat itu juga dikenal dengan ilmu kanuragan , pada masa yang memang membutuhkan kesiapan Mental dan Ilmu Kanuragan dalam Mengusir penjajah , mempertahankan kemerdekaan dan menghalau rongrongan Penghianatan terhadap bangsa dan Negara , dengan semboyan “setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya.” pondok Panji tampil menjadi tempat yang cukup diperhitungkan pada masa ini , Kesaktian ilmu kanuragan Kyai Faqih disatu cerita dapat dibuktikan dari tindakan Beliau yang terkadang diluar nalar manusia biasa seperti mengangkat kereta dengan benang jarum dan lain – lain sehingga beliau disegani oleh orang – orang Penjajah pada saat itu bahkan beliau telah mengalahkan orang jepang dan menaklukkan pemberontakan PKI
Pada Masa ini dihadapkan pada masa-masa menjelang kemerdekaan dan masa-masa mempertahankan kemerdekaan sehingga kondisi ekonomi, sosial dan kemasyarakatan mengalami masa sulit bagi seluruh bangsa Indonesia tak terkecuali pada keberlangsungan pondok siwalanpanji . pada masa ini pondok siwalanpanji yang saat itu dikenal sebagai pondok yang melahirkan para santri pejuang tidak luput dari sasaran pengeboman, disituasi perang tersebut menelan kurban nyawa dari sebagaian santri dan Dzurriyah masyayikh siwalanpanji . disamping kurban sarana pondok yang ikut porak-poranda hingga menyebabkan sebagaian besar pada Menggungsi termasuk Masyayikh dan keluarga Dzurriyah Siwalanpanji .
Pada masa ini menurut sumber lainnya setelah wafatnya KH. Khozin Choiruddin , Kepengasuhan Pondok Siwalanpanji juga dibantu oleh Adik KH. Ahmad Faqih Hasyim yaitu Kyai Ahmad Sholeh Hasyim dan dibantu juga Putra Sulung KH. Khozin Choiruddin dari pernikahan Ke-dua Beliau dengan Nyai Maimunah Abdurrohim yaitu Kyai Basuni Khozin . Pada Masa ini bisa dikatakan sebagai masa yang lebih hanya bisa menjaga keberlangsungan Pondok pesantren hingga wafatnya KH. Ahmad Faqih Hasyim di tahun 1955 .
Menurut riwayat yang lainnya Beliau ( KH A. Faqih Hasyim ) disamping pandai dalam ilmu kanuragan juga mempunyai keleluwesan pendekatan kepada warga sekitar hingga disamping mengajar di pesantren Beliau juga mengajar di masyarakat dengan pengajian umum satu minggu sekali atau yang di kenal dengan “ Dirosah “ tak heran ratusan bahkan ribuan masyarakat yang berdatangan hanya untuk mendengarkan nasehat dan petuah beliau yang menyejukkan hati. Dari sinilah muncullah gagasan beliau untuk mendirikan pendidikan islam formal yaitu: Roudhotul Athfal/ TK dan Madrasah Ibtidaiyah / SD (Tahun 1950),
Sepeninggal Beliau yang dari pernikahan Beliau dengan Nyai Nafi'ah tidak dikaruniahi anak sehingga estafet pengasuhan diserahkan ke Kyai Abdulloh Siddiq bin Siddiq bin Ya'qub dan masa bersamaan pula Kyai Faqih Menyuruh/menaruh KH. Abdul Haq yang saat itu di jombang pindah ke panji sekitar tahun 1954 M dan menempati rumah yang dulunya digunakan Kyai Muhith Ya'qub .
5. Masa Periode Generasi ke Lima (5) dan Menjaga Kebersamaan Masyayikh Pondok Pesanteren Siwalanpanji
Masa generasi ke lima dengan Wafatnya KH Ahmad Faqih Hasyim yang dilanjutkan oleh Kyai Abdulloh Siddiq bin Siddiq Ya'qub yang menurut satu cerita beliau merupakan seorang yang A'lim dan banyak melakukan Riyadhoh bahkan satu cerita Beliau karena Riyadhoh dan seringnya melakukan Tirakat hingga terkesan menjadi seorang yang " Jadzab " yaitu kondisi yang menggambarkan seseorang ketika ia tiba-tiba ditarik oleh Allah Swt sampai terbuka hijabnya (batas kesadaran). Ia wushul ke hadirat ilahiah, sehingga jiwanya menjadi terguncang. Seorang yang dalam kondisi jadzab disebut sebagai wali majdzub. Dalam kondisi ini, ia bisa saja mengeluarkan kata syathah atau perbuatan yang dinilai ganjil oleh orang awam.
Beliau yang menjadi pengasuh dikisaran tahun 1955 - 1968 dengan diberikan amanah santri yang saat itu masih dikisaran 600 hingga 700 santri saat setelah ditinggal wafat KH. Ahmad Faqih , dengan Kealiman , Riyadhoh dan kedermawanan nya meski sesekali timbul kelakuan " Jadzab" nya tersebut Beliau bisa menjadi penyatu kebersamaan Dzurriyah dari KH. hamdani yang saat ini masa susah dengan tercerai berainya kondisi sosial kemasyarakatan di zaman Revolusi kemerdekaan dan pemberontakan-pemberontakan yang juga mempengaruhi perbedaan-perbedaan pendapat diantara Dzurriyah .
Tidak banyak cerita perkembangan Pesantren Siwalanpanji pada masa ini hingga hanya terdengar cerita mulai berkurangnya Santri-santri yang datang dan banyak yang boyong hingga masa berahir beliau wafat ditahun 1968 M , Beliau belum melakukakan regenerasi dan memberikan amanah kepengasuhan Pesantren Siwalanpanji kepada Dzrriyah yang ada .yang mungkin karena Beliau yang Jadzab , begitu cerita yang kembali disampaiakan KH Abdul Bari bin Muhammad Busyro
6. Masa Periode Generasi ke Enam (6) Masa Degradasi Pondok Pesanteren Siwalanpanji
Masa generasi ini yang terjadi setelah wafatnya Masyayikh Kyai Abdulloh Siddiq bin Siddiq Ya'qub ( yang mendapat legitimit secara penunjukan oleh Masyayikh sebelumnya ) pada tahun 1968 , yang sepeninggal Beliau belum ada Regenerasi yang dipersiapkan untuk Generasi berikutnya membuat sedikit banyak menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan diantara Dzurriyah . kekosongan sementara dan dengan persetujuan dari rapat keluarga ditunjuklah Kyai Abdul Hayyi bin Asmu'i yang saat itu masih berada di Juwingan Surabaya sebagai Pengasuh . dan setelah wafatnya Beliau kemudian dilanjutkan menjadi Pengasuh yaitu adik beliau bernama KH. Asy'ari bin Asmu'i ,
Pada tahun 1974 an masuk ke Panji Kyai Rifa'i bin H. Thoyyib (Umi Kulsum ) ke siwalanpanji setelah sebelumnya Beliau di Malang , dan beberapa tahun kemudian disusul putra/putri Beliau salahsatunya KH. Abdurrochim bin Rifa'i
Pada tahun 1976 ada pertemuan keluarga yang saat itu bernama " Bani Hamdani " yang memicu perselisihan pada kepengurusannya dan berimplementasi pada Pengasuhan Pondok Pesantren yang kemudian bernama Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah tersebut dimasa beliau . dengan masuknya KH. Abdul Haq bin Zainuddin Thohir yang sebelumnya disuruh menempati rumah bekas KH. Muhith Ya'qub oleh Kyai Faqih Hasyim , menjadi Pengasuh di Pondok Al-Hamdaniyah dan menurut sebuah sumber Beliau juga mengklaim sebagai keturunan dari Silsilah jalur Laki-laki dari semua Dzurriyah dari KH. Hamdani , sehingga pada masa tersebut ada perbedaan pendapat yang mengakibatkan perselisihan diantara keluarga Dzurriyah .
Pada masa ini terjadi penurunan yang sangat drastis dalam pengajaran maupun dalam jumlah santri .masa yang kepengasuhan (Masyayikh) belum dipastikan siapa yang mempunyai hak secara legitimit , namun Alhamdulillah kegiatan pengajaran dan amaliah pesantren terus bisa berlanjut dengan masih jalannya pengajian santri dengan berperannya juga sesepuh antara lain KH. Asmu'i Hasyim
6. Masa Periode Generasi ke Tujuh (7) Masa Kebangkitan Pondok Pesanteren Al-Hamdaniah Siwalanpanji
Setelah selesainya permasalahan perselisihan keluarga tersebut sebagai Pasang surut lembaga yang terjadi dalam sebuah kepemimpinan membuat para pengasuh sadar, tahu diri, intropeksi . dan menjadikan periode sebelumnya sebuah ibrah (pelajaran) sehingga para pengasuh dapat menjauhi hal– hal yang tidak diinginkan dan dapat menurunkan semangat para pengasuh dalam mengembangkan pesantren menjadi lebih baik. masa selanjutnya yang bisa dikatakan sebagai masa kebangkitan kembali Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah .
Pada tahun 80 an masa ini masyayikh/Pengasuh di Pesantren Al-Hamdaniyah dilanjutkan oleh KH. Abdurrohim bin KH. Rifa'i , KH. Mastur Shomad (Menantu Kyai Abdulloh Siddiq ), dan KH. Asyari bin Asmu’i , pada masa ini pengasuh mulai bersatu dalam menyamakan visi dan misi serta melakukan pembenahan–pembenahan yang dibutuhkan. Hal ini terbukti dengan adanya pembangunan Madrasah Aliyah (MA),pembangunan Madrasah Ibtidaiyah (MI), renovasi Madrasah Tsanawiyah (Mts) dan pembangunan gedung lainnya.
Script
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti