Pondok Pesatren Al-Hamdaniyah merupakan salah satu Pondok Pesantren tertua di Jawa Timur , Pesantren yang didirikan tepatnya pada tahun 1787 M . Selain menjadi yang tertua, Ponpes ini juga menjadi salah satu saksi sejarah persebaran Islam di Jawa Timur.
Pesantren yang terletak di desa Siwalan Panji Buduran Sidoarjo itu terbilang pesantren tertua di Jawa Timur setelah pesantren Sidogiri Pasuruan. Didirikan oleh KH Hamdani, ulama besar asal Pasuruan. yang merupakan seorang ulama keturunan Rasulullah yakni silsilah ke-27.
Baca Juga
Beliau lahir di Pasuruan pada tahun 1720M. Beliau ( Kyai Khamdani ) dikenal sebagai pribadi yang Zahid (tidak mementingkan urusan duniawi), 'Abid (ahli ibadah), dan Waro' (berhati-hati dalam segala hal). Beliau adalah putra Murroddani bin Sufyan bin Khasan Sanusi bin Sa'dulloh bin Sakaruddin bin Mbah Sholeh Semendi Pasuruan.
Sejarah Pendirian Pondok Pesantren
Alkisah, Beliau hijrah dari Pasuruan dalam usia yang cukup tua ke suatu daerah sebelah timur laut kota Sidoarjo. Suatu tempat yang pada waktu itu masih berupa perairan rawa-rawa, Beberapa tahun Beliau ber-Riyadloh, ber-Munajat kepada Alloh S.W.T , Tuhan Yang Maha Perkasa, berharap limpahan Rahmat & Inayah-NYA, agar daerah tersebut kelak ditinggikan oleh Alloh dan menjadi Kawah Candradimuka dan Mercu Suar Ilmu,
dan Alhamdulillah , Alloh S.W.T Tuhan Yang Maha Kuasa Yang Maha Rohman Rohim meng-Ijabahinya do'a Beliau , Daerah yang dulunya rawa-rawa bisa diubah menjadi daerah yang subur dan Bisa didirikan Pondok Pesantren
Pondok pesantren ini telah banyak melahirkan ulama-ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama seperti KH M Hasyim Asy'ari, KH Asy'Ad Samsul Arifin, KH Ridwan Abdullah pencipta lambang Nahdlatul Ulama, KH Alwi Abdul Aziz, KH Wahid Hasyim, dan lain-lain
Disinilah KH Hasyim Asyari menjadi santri di ponpes Al-Hamdaniyah ini sekitar lima tahun lamanya. Untuk mengenangnya hingga saat ini kamar pendiri Nahdlatul Ulama masih tetap terawat seperti dahulu. Kamar KH Hasyim Asyari ini sengaja tak pernah pugar agar menjadi pelajaran bagi santri bahwa untuk menjadi tokoh besar tak harus dengan kemewahan.
Tak hanya menjadi santri bahkan KH Hasyim Asyari juga diangkat menjadi menantu oleh Kyai Ya’qub, pengasuh Ponpes kala itu. Sayangnya pernikahan itu tak berlangsung lama karena Khodijah, istri KH Hasyim Asyari justru meninggal lebih dahulu saat tengah mengandung.
Selain melahirkan ulama-ulama besar, Ponpes Al-Hamdaniyah juga telah menjadi saksi sejarah dalam perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah. Selain belajar ilmu agama, para santri juga turut berperang melawan penjajah.
Pada periode berikutnya , era putra dan cucunya Alhamdulillah Pondok Pesantren yang dirintis Sang Kyai berkembang dan ribuan santri mengalir dari berbagai penjuru Nusantara bahkan Mancanegara untuk merasakan gemblengan tangan dingin para MasSayihnya.
Perkembangan Pesantren dan Dzurriyah K.H Hamdani
Pesantren Hamdaniyah telah berkembang menjadi pesantren Shalaf yaitu memadukan kurikulum nasional dan kurikulum pesantren dengan mendirikan lembaga pendidikan formal dari MI, MTs, dan MA.
Pondok ini masih memiliki bentuk bangunan yang masih asli dan unik. Terutama keunikan bangunan para santrinya. Berdinding anyaman bambu dan diberi jendela pada setiap kamarnya serta bangunan yang disangga dengan kaki-kaki beton, membuat asrama santri ini nampak seperti rumah Joglo. Bahkan ada beberapa asrama santri yang kondisinya sudah memprihatinkan. Namun, Pengasuh pondok masih mempertahankan keunikan pondok tertua di Jawa Timur ini.
Pondok Pesantren yang Dirintis KH Hamdany tersebut dengan Silih bergantinya Waktu dan Bergantinya Masa Dzurriyah Beliau , membuat Silih bergantinya Pengasuh yaitu :
- Periode I: KH. Hamdani
- Periode II: KH. Ya’qub dan KH. Abd Rohim (Putra dari KH Hamdani)
- Periode III: KH. Hasyim Abd Rohim dan KH. Khozin Khoiruddin
- Periode IV: Kiai Faqih Hasyim, KH. Sholeh Hasyim, dan KH. Basuni Khozin.
- Periode V: KH. Abdulloh Siddiq dan KH. Haiyi Asmu’i.
- Periode VI: KH. Rifa’i Jufri, KH. Abd Haq, dan KH. Asmu’i
- Periode VII: Hingga Tahun 2013 KH. Asy’ari Asmu’i, KH. Mastur Shomad, KH. Abd Rohim Rifa’i, dan Agus Taufiqurrochman R.
Selain Pembelajaran Pesantren di Pesantren Tersebut juga mengembangkan diri dengan Pendidikan Formal , antara Lain
- MI Faqih Hasyim
- MTs Faqih Hasyim
- MA Faqih Hasyim
KH Hamdany mempunyai dua putra yang melanjutkan estafet perjuangannya dan dari era dua putranya ini dimulai Periode Keemasan Pesantren Siwalanpanji. Beliau adalah Kyai Abdurrohim dan Kyai Ya'qub
Adapun keturunan dari kyai Abdurrohim adalah:
- Siti Mu'minatun. ~ menurunkan Nafisah, Khoiriyyah, Abu Hasan, Mukmaroh, Kholilah
- Kyai Irsyad. ~ Seorang putri Kyai Irsyad ini yang bernama Siti Nafi'ah diperistri Kyai Amari dan dari Pernikahan Putri Beliau mendapatkan Cucu (Putu ) putra yang bernama Kyai Anas yang terkenal mampu melakukan " hal-hal luar biasa " diantaranya bisa terbang ke angkasa namun makam beliau belum diketahui pasti tapi disinyalir berada di India.
- Siti Mutma'innah.~ menurunkan Muniroh, Abdul Ghofur
- Kyai Hasyim. ~ Kyai Hasyim menikah dengan sepupunya sendiri yakni Siti Asfiyah binti Ya'qub dan dari pernikahan dianugrahi beberapa anak diantaranya Asmu'i, Ahmad, Faqih, Latifah, Ummi Kultsum, Ahmad Sholeh, Mahbubah, dan Rohmah.
- Siti Maimunah. ~ menurunkan Afifah, Sholhah, Siti Zubaidah,Kyai Basuni, Muhsinah, Ruqoyyah.
Adapun keturunan dari Kyai Ya'qub adalah:
- Thohir ~ menurunkan Zainuddin, Maryam, Abdul Hadi, Marfu'ah, Ma'rifah.
- Siddiq ~ menurunkan Nafisah, Robi'ah, Fatimah, Abdulloh
- Siti Fatimah ~ Diperistri Kyai Khozin bin Khoiruddin menurunkan hanya seorang putra yaitu KH Abbas yang menjadi pendiri dari pondok pesantren Al-Khoziny Buduran-Sidoarjo ( Baca Pondok Pesantren Al-Khoziny )
- A'isyah ~ menurunkan Masfufah, Abdulloh, Faqih, Mas'adah
- Ruqoyyah~ menurunkan Masri'ah
- Siti Asfiyah ~ Diperistri Kyai Hasyim bin Abdurrohim saudara sepupunya sendiri menurunkan beberapa keturunan seperti telah tersebut diatas.
- Siti Khodijah ~ diperistri Kyai Hasyim Asy'ari menurunkan Abdulloh yang meninggal ketika masih bayi.
- Abdul Muhit ~ menurunkan Ahmad, Abdurrohman, Shodaqoh, Abdul Muntaqim , diantara keturunannya menjadi warga negara Saudi Arabia.
Keturunan yang ada sekarang yang mengasuh berbagai Pesantren dan beragam aktivitas sudah merupakan generasi yang keenam bahkan ketujuh. dan Alhamdulillah bisa Bersatu dalam Jalinan Silaturrahim yang menamakan Diri Dzurriyah Hamdani dan Setiap tahunnya Selalu mengadakan Pertemuan sebagai ajang Silaturrahim
Sumber : http://nu.or.id edisi- Kamis, 25 Juni 2015
Sumber : http://dzurriah-khamdany.blogspot.co.id edisi- Senin, 27 Juni 2012