Filled Under: ,

PONDOK PESANTREN AS-SHOLICHIYAH & KIAI SHOLEH ILYAS Pendiri Pesantren Pertama di Bumi Majapahit



Penyebaran Agama Islam di Mojokerto tak lepas dari peran besar Kiai Muhammad Ilyas  bin Abu Bakar Batowil Ba’asyin. Ulama kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah itu orang yang pertama kali mendirikan pesantren di Bumi Majapahit.


Pondok Pesantren As Sholichiyah merupakan buah dakwah sekaligus warisan dari Kiai Ilyas. Pesantren di Lingkungan Penarip, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto tersebut selanjutnya berpindah Pengasuhan dan Pengembangan Pengelolaan kepada sang cucu, Kiai Muhammad Rofi'i Ismail dan Kini Perpindah Ke Buyut nya setelah Meninggalnya KH Muhammad Rofi'i Ismail.

Kiai Ilyas yang Lahir di Kesesi, Pekalongan. Saat remaja, Mbah Yai Ilyas keluar rumah sejak sebelum khitan. Kemudian merantau ke Pondok Babakan, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon,. Petualangan dan " Tholabul Ilmi " si Mbah Kiay Ilyas remaja tidak berhendi di cerebon beliau Kemudian kembali berpetualang ke Kiai Asron di Indarmayu, Jawa Barat. Kiai Ilyas juga sempat berguru kepada Kiai Khozin Siwalan Panji Buduran, **/ Sidoarjo. Kemudian sekitar tahun 1870-an, Kota Mojokerto dipilih sebagai pelabuhan terakhir pengembaraannya. 

 


Mbah Yai Ilyas yang memiliki nama lain Muhammad Sholeh atau dikenal juga dengan KH. Sholeh Ilyas  tersebut datang  pertama kali di Kota mojokerto pada tahun 1882 dan diambil menantu oleh KH. Mohammad Rofi’i yang dinikahkan dengan putrinya yang bernama Shofuroh.  yang masih mempunyai nasab sampai Ki Ageng Raden Basyariah Sewulan Madiun  yang merupakan  sepupu dari istri KH Hasyim Asy'ari, Pendiri PP Tebuireng, Jombang. namun usia beliau lebih tua istrinya Mbah Yai Ilyas. Usia Mbah Kiai Ilyas sudah sangat sepuh  sudah hampir 60 tahun,.  , Mbah Hasyim masih muda saat itu,    

Muhammad Ilyas mempunyai tiga istri, yang pertama Nyai Shofurah, Nyai Rif’atin, dan Nyai Khakim. Dari pernikahannya dengan Nyai Shofurah di karuniai lima anak yaitu: 

  1. Mohammad Thoyib,
  2. Ismail,
  3. Juwairyah, 
  4. Mohammad Sidik, dan 
  5. Maisyaroh. 
Sedangkan pernikahannya dengan Nyai Rif’atin dikaruniai satu anak yakni Abdul Kholik yang meninggal sejak masih kecil. sementara dari istri yang ke tiga yakni Nyai Khakim tidak dikaruniai keturunan 


Dakwah yang dilakukan Kiai Ilyas,  pada awalnya berjalan alot. Karena kondisi masyarakat saat itu masih sulit untuk diajak mengaji maupun beribadah. Sehingga Kiai Ilyas sempat berpindah-pindah tempat untuk berdakwah. Semula Kiai Ilyas membangun mushalla di wilayah Prajurit Kulon, Kota Mojokerto untuk memulai dakwahnya. Sampai sekitar Dua (2) tahun berdakwah, Mbah Ilyas menemui jalan buntu karena kondisi masyarakat yang belum bisa sepenuhnya menerima ajaran Islam. Setelah mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, Kiai Ilyas berpindah ke wilayah Sinoman, Kelurahan Miji, Kecamatan Kranggan.  Di situ juga masih sulit masyarakatnya. Akhirnya pindah keLingkungan Penarip yang Alhamdulillah disitu banyak anak-anak dari daerah lain yang datang belajar ilmu agama,

Dakwah Kiai Ilyas baru berjalan mulus di Lingkungan Penarip.  saat itu kondisi masyarakat belum banyak yang menjalankan syariat Islam seperti Sholat dan puasa. Kendati begitu, masyarakat sekitar menyambut baik adanya anak-anak dari luar daerah yang menuntut ilmu ke Kiai Ilyas. Secara perlahan, Kiai Ilyas pun mendirikan Pesantren Salaf As Sholichiyah sekitar tahun 1875 Masehi. dan merupakan yang pertama berdiri baik di Kota maupun Kabupaten Mojokerto,

Pada awalnya santri Kiai Ilyas datang dari sejumlah daerah di Jabar. Itu tak lepas dari wasiat para guru Kiai Ilyas kepada anak dan cucu mereka. Secara perlahan, anak-anak warga Lingkungan Penarip dan sekitarnya mulai mengaji di pondok Mbah Ilyas. Anak-anak itulah yang menularkan semangat untuk beribadah kepada orang tua mereka masing-masing

Pesantren yang didirikan Kiai Ilyas melahirkan sejumlah ulama besar di Mojokerto. Antara lain Kiai Ahyat Halimy pendiri Pesantren Sabilul Muttaqin di Kecamatan Prajurit Kulon, Kiai Yahdi Mathlab pendiri Pesantren Bidayatul Hidayah di Desa Mojogeneng, Jatirejo, Mojokerto, serta Kiai Muhaimin dan Kiai Khusairi, Mojosari, Mojokerto.

Selain mengasuh para santri, semasa hidupnya Kiai Ilyas rutin menulis mushaf Alquran. Kitab suci umat Islam itu dia tulis tangan untuk dijual ke orang-orang yang membutuhkan. Setiap mushaf membutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk menulisnya.

Kiai Ilyas wafat saat usianya menginjak 135 tahun.  Pada tanggal 6 Syawal 1941 M. KH. Muhammad Ilyas dimakamkan di lingkungan Pondok Pesantren

Peninggalan dna Koleksi kitab yang juga sudah berumur ratusan tahun. Ada 6 kitab yang tersimpan di dalam lemari kaca berukuran 2X1 meter di rumah Kiai Muhammad Rofi'i Ismail, cucu almarhum Kiai Ilyas. Dari 6 kitab yang tersisa, ada yang berbahan kulit hingga berbahan kertas terbaik dari Eropa. adalah Musaf Al Quran (juz awal dan akhir), Kitab Tafsir Jalalen (tidak komplit), Kitab At Tashil, Kitab Mafnusorof, Kitab Nahwu, Kitab Tasawuf, Kitab Assarufsalah dan Manuskrip Tahlil.

Pesantren yang dia dirikan dilanjutkan oleh putra Beliau KH  Ismail yang kemudian menikah dengan Nyai Fatimah binti Abbas  ( yang merupakan Cucu dari KH Hamdani  Siwalan Panji dan Putri ke tiga dari KHR Moch. Abbas Khozin )  dan Menjadi Generasi ke 2 Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren  , 

(Baca Juga : Pondok Pesantren Al-Khoziny &  KHR. Moch Abbas Khozin )




Sepeninggal Almaghfurllah KH Ismail bin Sholeh Ilyas ,  Estafet Pengembangan dan Pengasuhan Pondok Pesantren Ash-Sholichiyah di Penarip Mojokerto tersebut diserahkan kepada Putra Beliau " KH Rofi'i Ismail " yang merupakan Putra Bungsu dari Delapan bersaudara Putra/putri  Pernikahan Beliau "KH Ismail " dengan Nyai Fatimah Abbas (  1. Saudah,   2. Khuzaimah , 3. Alfiah ,  4. Khabibah ,  5. Ashari, 6. Muhammad Ali Ismail , 7. M. Sahal,  8. KH. M Rofi'i Ismail )

KH. M Rofi'i Ismail  Yang Menjadi Pengasuh Pondok Pesantrean As-Sholichiyah Generasi ke 3  juga menjabat sebagai Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kota Mojokerto serta Rois Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Mojokerto , tersebut
mengembangkan Pesantran yang berbasis metode " Salafiah "dengan dengan tetap memegang ciri khas sebagai pondok salafi , Pondok pesantren ini dengan bimbingan dan Pengasuhan Beliau ( KH. M Rofi'i Ismail ) berupaya memadukannya dengan menjadikan juga  pendidikan formal yang berbentuk sekolah ( Madrasah ) sebagai upaya untuk memberikan juga kontribusinya kepada pendidikan untuk masyarakan Sekitarnya 


Pada mulanya berbentuk Diniyah yang seluruh meteri pelajarannya hanya pendidikan agama saja ( Kitab salaf ) namun dengan perkembangan pendidikan di indonesia  saat ini telah berdiri 

  1. Taman Pendidikan Al-Qur'an As-Sholichiyah
  2. Madrasah Diniyah As-Sholichiyah
  3. Madrasah Ibtida'iyah Ismailiyah Paradigma Baru
  4. Madrasah Tsanawiyah Al-Ismailiyah

dan  Beliau Wafat pada hari  Jumat 15 Oktober 2021 / 09 Robi'ul Awal 1444, pukul 00.15 WIB, dini hari. dimakamkan di komplek pemakaman keluarga yang berada di lingkungan Ponpes Ashsholichiyah 



Baca Juga :

Sumber:

  • https://jatimnow.com/baca-15717-ponpes-tertua-di-mojokerto-ini-punya-koleksi-kitab-berumur-400-tahun 
  • https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4550818/
  • https://123dok.com/document/y6o03o5y-peran-muhammad-ilyas-penarip-dalam-penyebaran-islam-mojokerto.html




Script

0 comments:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti