HOUL MBAH BUYUT SHOLEH SEMENDI
Kalau kita amati, akhir-akhir ini banyak dijumpai acara haul, terutama pada hari-hari menjelang Puasa Ramadhan .Baik yang diselenggarakan perorangan maupun organisasi. Ada yang dilangsungkan secara sederhana, dengan memanggil kerabat serta tetangga dekat, untuk bersama-sama melaksanakan tahlil atau khataman Al-Qur’an. , Adapula yang mengundang dai atau ulama untuk memberikan wejangan keagamaan dan mau’idhah hasanah, dalam suatu forum terbuka yang populer dengan pengajian umum.
Jika kita meninjau ulang dalam lintas sejarah kata Haul berasal dari Bahasa Arab “al Haulu” ( الحول ) atau “al-Haulaini” ( الحولين ) artinya kekuatan, kekuasaan, daya, upaya, perubahan, perpindahan, setahun, dua tahun, pemisah, dan sekitar.
Kemudian kata haul tersebut berkembang menjadi istilah Bahasa Indonesia, yang lazim di pakai komunitas masyarakat muslim di indonesia, dan dari istilah indonesia inilah, kata haul memiliki dua pengertian, yaitu:
- Haul berarti berlakunya waktu dua belas bulan, tahun Hijriyyah terhadap harta yang wajib dizakati di tangan pemilik (Muzzaki) arti ini berkaitan erat dengan masalah zakat.
- Haul berati upacara peringatan ulang tahun wafatnya seseorang (terutama tokoh agama islam), dengan berbagai acara, yang puncaknya menziarahi kubur almarhum atau almarhumah
Setidaknya ada tiga hal yang bisa kita petik sebagai hikmah dari peringatan haul.
- Acara haul sejatinya sama dengan acara peringatan 3, 7, 40 hari atau berapapun, yang pada intinya mengingatkan kita akan kematian (dzikrul maut)
- Biasanya akan dibacakan sebuah manaqib (riwayat hidup) seseorang. Di dalamnya terdapat banyak keteladanan yang dapat kita ambil. Salah satu teladan tersebut yakni manfaat yang telah mereka berikan untuk orang lain. Seseorang yang diperingati haulnya, dikarenakan telah memberikan banyak jasa kepada agama ataupun masyarakat.
- Peringatan haul dapat mempersatukan Satu Dzurriyah , Satu Masyarakat atau Satu Kaum
B. Pelaksanaan Houl
Pelaksanaan Houl Mbah Buyut Sholeh Semendi yang tahun ini diadakan Puncaknya pada hari kamis Bulan Sya'ban 1445 H bertepatan tanggal 26 Sya'ban 1445/ 07 Maret 2024 dengan serangkaian Acara dengan antara lain :
- Mulai Ahad , 3 Maret 2024 dengan Acara Pembacaan Maulidud Diba'i , dilanjutkan
- Senin dengan Khotmil Qur'an bil Ghoib untuk Umum , dan Pembacaan Maulid Berzanji ,
- Selasa dengan Khotmil Qur'an bil Ghoib untuk Dzurriyah Perempuan dan Ishari ,
- Rabu dengan Khotmil Qur'an bil Ghoib untuk Dzurriyah laki-laki dan Pembacaan Dzikrul Ghofilin dan
- Kamis menjadi Puncak Acaranya dengan Acara Puncak Houl yang diikuti Dzurriyah , Jama'ah dan Masyarakat Umum
Rangkaian Acara di hari kamis tersebut di isi dengan banyak sambutan-sambutan dan Mauidhotul Khasanah dengan diantaranya berisi antara lain :
KH Mujtaba Abdusshomad , Beliau yang merupakan salah satu Dzurriyah mbah Sholeh Semendi yang juga merupakan Pengasuh pondok pesantren (PP) Al-Hidayah Sukorejo, Kabupaten Pasuruan , memberikan Mauidhoh dengan pemberikan penjelasan pentingnya " Suka dan hormat dengan Ulama' " Dalam Kitab Nashaihul 'Ibad disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Hendaklah kalian berkumpul dengan ulama dan mendengarkan kalam para ahli hikmah. Karena sesungguhnya Allah Ta'ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati (gersang) dengan air hujan " yang apabila ditinggalkan akan menghilangkan Tiga keberkahan dalam Hidup , Rasulullah ﷺ bersabda, "Akan hadir suatu masa atas umatku, mereka menjauh dari para ulama dan fuqaha, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan 3 cobaan, yaitu: 1. Allah akan menghilangkan berkah dari rezekinya. 2. Allah akan mengirim kepada mereka penguasa yang zalim. 3. Mereka akan meninggalkan dunia tanpa membawa iman kepada Allah Ta'ala.- Kyai Hasbulloh Bungul Malang ,
- Mbah Kyai Djasim Nur podokaton dan
- KH Ahmad Muhammad Lebak winongan.
Sejarah Mbah Sholeh Semendi terkait juga dengan Sejarah Kabupaten Pasuruan , Kabupaten Pasuruan bermula dari Peradaban Kerajaan Kalingga tahun 742-755 Masehi, yang pernah dijadikan Ibu Kota Kerajaan kalingga, tepatnya daerah Po-Lu-Kia-Sien yang ditafsirkan Pulokerto, salah satu nama desa di wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasoeroean.
Setelah masa kejayaan Kalingga berakhir muncullah KerajaanMataram Kuno di bawah kekuasaan Dinasti Sanjaya Tahun 856 Masehi. Pada tahun 929,Mpu Sindok seorang Raja dari keluarga lain menggeser pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur tepatnya di Desa yang identik dengan Desa Tembelang Jombang.Mpu Sindok mengeluarkan 20 Prasasti diantaranya terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol Pasuruan. Di Era Majapahit, nama Pasuruan tertulis dalam Kitab Negara Kertagama Karangan Empu Prapanca. Sesudah Kerajaan Majapahit surut, berdirilah Kerajaan Demak Bintoro, Kerajaan Giri Kedaton, Kerajaan Pajang, dan Kerajaan Mataram , Kerajaan Majapahit mulai surut disebabkan terpecahnya para pemimpin juga oleh pengaruh perkembangan agama Islam. Majapahit runtuh, sebagian besar rakyatnya ikut memeluk agama Islam dengan meninggalkan budaya Jawa yang bercorak animistik-hinduistik, dan mengikuti ajaran para wali. Namun, sebagian kecil yang tetap memeluk agama nenek moyangnya, melarikan diri ke daerah lain diantaranya di bagian selatan Pasuruan, orang mengenalnya dengan daerah Tengger
Pangeran Majapahit (anak Brawijaya V) yang telah memeluk Islam dengan dukungan para wali mendirikan Kerajaan Demak . Setelah era Demak berakhir, dilanjutkan Kerajaan Pajang berpusat di pedalaman yang dipimpin oleh Jaka Tingkir , Setelah era Kerajaan Pajang berakhir,muncullah kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senopati (1575-1601). Kemudian diteruskan oleh Mas Jolang bergelar Sultan Hanyokrowati (1601-1613).
Masa Mbah Sholeh Semendi
Perkiraan hidupnya Mbah Sholeh Semendi sekitar awal abad XVI hingga tahun1743, ketika Pasuruan dipimpin mulai dari Adipati Pate Supetak, Kiai GedeeDermoyudho I, Kiai Gedee Dermoyudho II, Mas Pekik dengan gelar Kiai Dermoyudho(III), Kiai Onggojoyo, Untung Suropati, Rakhmad, Onggojoyo yang bergelarDermoyudho (IV), Setelah beberapa kali berganti pimpinan, hingga Raden ArioWironegoro. Masa ini (1601-1749), Pasuruan di bawah kekuasaan Mataram yang dipimpin mulai dari Mas Jolang, Raden Rangsang/Sultan Agung (1613-1646) menguasai Pasuruan, Mangkurat I, Mangkurat II, Mangkurat III, Sunan Pakoeboewono I,Mangkurat IV, hingga Sunan Pakoeboewono II
Adipati Pasuruan diteruskan oleh Kiai Ngabai Wongsonegoro bergelar Tumenggung Nitinegoro, yang beristri seorang putri dari selir Kanjeng Susuhunan Pakubuono II dari Kertosuro yang bernama Raden Ayu Berie yang merupakan keturunan dari Sunan Ampel dan Raden Ayu Berie melahirkan Raden Groedo. Raden Groedo yang masih berusia 11tahun menggantikan Tumenggung Nitinegoro menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Kiai Adipati Nitiadiningrat (I). Di masa beberapa Adipati ini, Mbah Sholeh Semendi diperkirakan sudah wafat jika dianalisis dari usianya. Adipati Nitiadiningrat (I) menjadi Bupati Pasuruan selama 48 tahun (hingga 8 November 1799) dan mendirikan Masjid Agung Al Anwar bersama Kiai Hasan Sanusi(Mbah Slagah) putra dari Sa’ad bin Syakaruddin yang masih keturunan Mbah Sholeh
Pasuruan merupakan daerah yang cukup lama dikuasai oleh raja-raja yang beragama Hindu. Hal ini diperkuat dengan keberadaan Patih Gajah Mada (di masa tua) yang mendapatkan tanah perdikan bernama Madakaripura yang merupakan sebuah dusun bernama Dadapan di desa Grogol, dua kilo meter di sebelah timur laut kecamatan Gondang Wetan, kabupaten Pasuruan. dan kemungkinan Madakaripura terletak di kabupaten Pasuruan, antara Grogol dan desa Winongan, 6 km di sebelah tenggaranya. Dari penemuan tersebut, memperkuat pengaruh Hindu Majapahit di masa itu, khususnya di Winongan.
Winongan sebagai ibukota pertama Pasuruan, pernah menjadi sebuah kerajaan yang dipimpin oleh raja pertama bernama Murdangkoro di bawah kekuasaan Majapahit. Dia memimpin Kadipaten Pasuruan dengan adil dan Bijaksana hingga usia tua. Satu-satunya orang kepercayaannya adalah Pangeran Ngrangrangkusuma.
Di Winongan terdapat danau Banyubiru, secara geografis masih satu KecamatanWinongan, yang nilai sosial budayanya tidak jauh berbeda. Kepercayaan akan suatu halmistis (mitos) masih cukup melekat pada masyarakat yang tinggal di sekitarnya , Legenda lain menceritakan tentang seorang manusia bernama Tombro, sang penggembala yang sedang menunggu kerbau-kerbaunya di hutan. Karena kerbau-kerbaunya tak kunjung datang, Tombro pun pergi menyusuri hutan untuk mencarinya,dan menemukan kerbau-kerbaunya terjebak di kubangan lumpur. Setelah Tombro mengeluarkan mereka dari kubangan lumpur tersebut, dia melihat kubangan lumpur itu berubah menjadi kolam air yang jernih nan kebiruan.
Kabar tersebut didengar oleh Bupati Pasuruan yang bertama yakni Raden Adipati Nitiningrat. Bupati tersebut mengajak saudagar dari Belanda yang bernama PW Hoplan. Kemudian kolam tersebut dibangun oleh Belanda sebagai pemandian umum dan diberi nama telaga wilis. Agar terlihat indah, kolam tersebut dihiasi dengan taman dan diberi sebelas patung yang diambil dari Singosari
Di Desa Winongan, hidup seorang Guru Padepokan bernama Labuh Geni yangmempunyai banyak pengikut baik Pengaruh di masyarakat juga Mempunyai pengaruh pada kerajaan . Bahkan Labuh geni mempunyai pengaruh sampai sewilayah Jawa Timur. Labuh Geni adalah sosok yang memiliki kesaktian dengan andalan kesaktian berupa Geni (api) yang sekaligus menjadi julukannya,
Di masa Kerajaan Winongan ini, kabar pengaruh kuatnya Agama Hindu dan Budha dan kuatnya Pengaruh orang sakti kanuragan disana membuat Mbah Sholeh untuk bisa Da'wah dan datang ke Winongan . Beliau populer setelah menang dalam adu kesaktian melawan Labuh Geni, kemudian menjadi pelopor penyebaran ajaran Islam di Winongan.
Ada bukti tentang keberadaan Mbah Sholeh Semendi, Labuh Geni, Raja Murdangkoro, dan Raja Ngrangrangkusuma yakni makamnya yang berada satu Wilayah Winongan. Sedangkan bukti keberadaan Mbah Sholeh Semendi lebih dikuatkan dengan adanya beberapa petilasan
MBAH SHOLEH SEMENDI DAN PARA LELUHUR
Kyai Sholeh yang dipetilasan Beliau tertulis Al-habib Sholeh Bin Hasanuddin Bin Syarif Hidayatulloh , dipanggil Mbah Sholeh Semendi di usia sepuh, makamnya terletak di Winongan Pasuruan tepatnya di Desa Winongan Lor. beberapa literatur , Beberapa pendapat dari Dzurriyahnya dan beberapa cerita dari Masyarakat , menegaskan bahwa Mbah Sholeh Semendi adalah sosok yang mempunyai ikatan darah dengan penyebar Islam Nusantara yakni Walisongo bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung jatiAda beberapa Versi yang berkembang mengenai leluhur dari Mbah Sholeh Semendi , dari yang saat berkembang di Masyarakan menyebutkan Bahwa Mbah sholeh Semendi adalah putra dari Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon , mempunyai bibi bernama Syarifah Khadijah
Dalam naskah Deklarasi Kraton Kanoman Cirebon yang berdasarkan kajian Manuskrip Pesoccen Bangkalan Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon adalah putra dari Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) yang silsilahnya beliau ke Rosululloh ﷺ dari Husein As-Syahid yang bersambung dari Sayyid Jamaluddin Husein Akbar (Jumadil Kubro)
Dalam Naskah Negarakertabumi Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon adalah putra dari Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) yang silsilahnya beliau ke Rosululloh ﷺ dari Husein As-Syahid yang bersambung dari Alwi 'Ammul faqih Hadhramaut
Dalam Versi Dzurriyah yang seperti dituliskan oleh Mas Hamid Abdulloh adalah " Simbah Buyut Kito Ugi Guru Kito: 1~Sayyid Sholeh Semendi, Winongan, Pasuruan, wafat 1723. bin Sultan Ageng Tirtayasa w.1692 bin Abu Ma'ali Achmad w.1650 bin Mahmud Abdul Qodir w.1651 bin Mochammad w.1596 bin Yusuf w.1580 bin Sultan Chasanuddin w.1570 bin Syarif Hidayatulloh Sunan Gunung Jati w.1568 "
Dalam Naskah Kitab Purwaka Caruban Nagari , Maulana Sultan Hasanuddin Cirebon adalah putra dari Syarif Abdullah (Sultan Hut / Sultan Mahmud) yang silsilahnya beliau ke Rosululloh ﷺ dari Husein As-Syahid yang bersambung dari Alwi al-Mishri
Dalam Silsilah yang dikeluarkan Lembaga Kekancingan Rabithah Babad Kesultanan banten menyebutkan bahwa Mbah Sholeh Semendi yang juga mempunyai sebutan Al Jaelani Al Hasani merupakan Dzzurriyah Rosul dari Hasan Al-Mujtaba' R.A yang bersambung dari Sayyidi Syekh Abdul Qodir Al-JailaniDari beberapa Versi mengenai Leluhur dari Mbah Sayyid Sholeh Semendi , satu penyataan yang pernah disampaikan oleh KH. Abu Amar ( Beliau bersama dengan KH. Nur Jasim adalah dua kyai yang berpengaruh pada masanya dan Merupakan Dzurriyah dari Mbah Sayyid Sholeh Semendi yang mengungkap keberadaan Maqbaroh Beliau ) yang memberikan pernyataan " Kalau menurut cerita datu-datuk saya, ya..... kebetulan Keluarga kami tidak terlalu menghiraukan masalah nasab. Nuwon sewu ya. Itu adalah privasi keluarga kami. Jadi Kami mengatasnamakan saya tidak punya hubungan dengan Mbah semendi, sehingga kalau saya ingin punya hubungan denganmbah semendi, maka saya harus ikut tingkah laku Mbah SholehSemendi itu namanya nasab bililmi wal amal. apa gunanyanasab kalau tingkah laku tidak sesuai dengan Mbah Semendi. "
Pernyataan ini bisa ditafsiri sebagai sikap kehati-hatian dalam hal Nasab, meneladani Amaliah Mbah Sholeh Semendi lebih utama dari pada mengakui senasab tapi perilakunya tidak mencerminkan Amaliah / ajarannya.
MBAH SHOLEH SEMENDI DAN DZURRIYAHNYA
Mbah Sholeh Semendi yang dalam Silsilah yang dikeluarkan Lembaga Kekancingan Rabithah Babad Kesultanan banten mempunyai istri yang bernama Ratu Keben Al-Bukhori binti Sultan Maulana Hasanuddin Banten , Beliau mempunyai bibi bernama Syarifah Khadijah yang mempunyai tiga putra, yakni Sayyid Sulaiman, Sayyid Abdurrahim dan Sayyid Abdul Karim yang dari ketiga keponakannya tersebut 2 (dua ) orang menjadi menantunya yaitu Sayyid Sulaiman ( Mojoagung ) dan Sayyid Abdurrohim ( Mbah Arif Segoropuro )
Mbah Sholeh Semendi mempunyai Putra Punti antara lain
- Mbah Nyai Ulwiyah ( Menjadi istri dari Mbah Sayyid Sulaiman Betek-Mojoagung )
- Mbah Nyai Alawiyah ( Menjadi istri dari Mbah Arif Segoropuro )
- Mbah Kyai Syakaruddin ( Kyai Keboncandi Pasuruan )
- Abdul ghoni
dan dilain Naskah yang ini bersumber dari naskah yang digunakan Dzurriyah Hamdani menyebutkan jika Mbah Sholeh Semendi mempunyai 6 orang anak yaitu : istri Mbah Sayyid Sulaiman , Istri Mbah Arif Segoropuro , Mbah Syakaruddin , Mbah iskandar , Mbah Ghozali dan Mbah Ibrohim
Wallohu A'lam Bissowab
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti