Mbah Jawahir yang konon bukan merupakan Nama Asli Beliau dan nama Aslinya belum diketahui Pasti , Beliau merupakan Santri yang kemudian menjadi Menantu Kyai Zaenal Abidin tersebut diberi tugas untuk mengembangkan Ajaran Islam dengan Berda'wa dan mendirikan Pondok Pesantrean yang bernama " 'Awinan yang berarti Menolong " , santri yang dinikahkan dengan Nyai Akhsinah ini yang bernama " Jawahir " , dari nama pondok " 'Awinan " yang lisan orang-orang jawa tidak faseh
melafadzkan A'in sehingga berubah menjadi "Nga" dan dikenal dengan sebutan Ngawinan
DZURRIYAH KYAI JAWAHIR
Kyai jawahir yang merupakan Menantu dari Kyai Zainal Abidin & Nyai Ummu Kulsum mempunyai Dzurriyah yang terhubung dengan Silsilah ke Ndrosmo ke jalur " Sayyid Ali Akbar " Lewat Istri Beliau yang merupakan keturunan dari Siti Zahroh binti Sayyid Ali Akbar dan Kyai Badruddin bin Sayyid Ali Akbar
Istri beliau " Nyai Akhsinah " merupakan Putri dari Dzurriyah yang terhubung ke Sayyid Ali Akbar dari Ibu Beliau Umi Kultsum , dan kini sebagaian besar Dzurriyah Kyai Jawahir banyak yang menyambung ke Dzurriyah Ndrosmo dari Sayyid Ali Akbar yang terhubung lewat semua Dzurriyah Ndrosmo baik dari Sayyid Ali Ashghor maupun dari Jalur Putra/putri Sayyid Ali Akbar Lainnya
Persambungan Dzurriyah ke Bureng-karangrejo terjadi dengan perkawinan yang dilakukan oleh sesepuh-sesepuh dahulu, yang salah satunya dengan Pernikahan dari Kyai Ahmad Marzuki dengan Nyai Rohmah
Baca Juga Silsilah Bureng
Alkisah, tersebutlah seorang pemuda dari Jombang yang sangat haus akan ilmu. Setelah mondok di pesantren kyai Ya'qub Siwalan Panji (Buduran, Sidoarjo) selama 4 tahun ternyata tak membuat dirinya puas, hasratnya untuk menuntut ilmu malah semakin menggebu-gebu. Dia berkelana kesana-kemari hanya untuk satu tujuan, yaitu memperdalam ilmu. Pemuda itu bernama Hasyim bin Asy'ari.
Baca Juga terkait
Ia selalu berpetualang untuk mencari guru sejati. Ia selalu bertanya-tanya dimana lagi bisa menemui seorang kyai yang mumpuni untuk ditimba ilmunya. Jika mendengar ada kyai yang disebut-sebut oleh orang-orang sebagai kyai yang alim, maka ia seakan tak sabar untuk segera sowan menemui dan berguru kepadanya. Seakan-akan seluruh hidupnya telah ia dedikasikan hanya untuk ilmu.
Suatu hari ia sampai di salah satu kampung yang ia tuju, yaitu kampung Ngawinan (sekarang Jemur Ngawinan, kelurahan Jemur Wonosari) di Surabaya untuk berguru kepada seorang kyai muda yang bernama Abd.Karim bin Jawahir bin Rojidin.Namun, saat Hasyim Asy'ari baru beberapa hari menginap disana, sang kyai muda itu mulai berpikir bahwa si santri baru ini seharusnya tidak berguru kepadanya karena ternyata ilmunya telah mumpuni. Karena itu kyai Abd.Karim menyarankan kepada Hasyim Asy'ari muda agar berguru kepada pamannya saja yang ada di kampung Tenggilis, yaitu kyai Hasyim bin Rojidin.
Kyai Abd.Karim pun menyuruh adiknya yang bernama Idris (yang usianya mgkn sebaya dengan Hasyim Asy'ari muda) untuk mengantarkan pemuda tersebut ke pondok Tenggilis agar berguru kepada kyai Hasyim Tenggilis. Namun baru beberapa minggu mondok di Tenggilis lagi-lagi pemuda tersebut sudah disarankan pulang dan mencari guru lain karena kyai Hasyim merasa ilmunya yang bisa ditimba oleh pemuda tersebut telah mentok.
Karena Hasyim Asy'ari muda adalah murid yang taat dan takdzim kepada guru, maka diapun pulang dan tak lagi mondok di pesantren Tenggilis. Tapi dalam hati dia masih ingin mengaji disitu dan diam-diam mengajak gus Khozin (mentor / guru sekaligus teman akrabnya saat mondok di Siwalan Panji) untuk ikut serta bersama-sama setiap sebulan sekali mengikuti pengajian kyai Hasyim. Untuk itu, tiap sebulan sekali Hasyim Asy'ari muda berangkat dari Jombang naik kereta api turun di stasiun Wonokromo dan berjalan kaki ke arah selatan menuju kampung Ngawinan yang berjarak hampir 3 km. Disitu beliau beristirahat sejenak di langgar kyai Abd.Karim (sekarang langgar tersebut menjadi Masjid Al-Jawahir) ditemani gus Idris adik kyai Abd.Karim sambil menunggu gus Khozin datang dari Buduran. Setelah gus Khozin datang, mereka bertiga (Hasyim Asy'ari muda, gus Khozin Buduran, dan Gus Idris Ngawinan) berangkat bersama-sama jalan kaki menuju Tenggilis untuk mengaji kepada kyai Hasyim.
Ini hanyalah sebuah fragmen kecil dari beberapa episode pencarian guru sejati yang telah dilakukan oleh Hasyim Asy'ari muda. Hampir tak terhitung berapa pesantren yang telah ia jelajahi, berapa guru yang telah ia temui, berapa wilayah yang telah ia singgahi. Kini, pemuda haus ilmu dari Jombang tersebut telah masyhur menjadi seorang guru sejati bergelar Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, menjadi pendiri pesantren Tebuireng dan jam'iyyah ulama' terbesar di Indonesia yang diberi nama Nahdhatul Ulama'. Beliau tak lagi kemana-mana, tapi murid beliau datang dari mana-mana.
Adapun gus Khozin akhirnya diambil menantu oleh kyai Ya'qub (guru beliau sewaktu mondok diSiwalan Panji) dan mendirikan pesantren di Buduran yang kini dikenal dengan nama Al-Khozini. Dan gus Idris bin Jawahir dikenal sebagai kyai yang sangat ditakuti tentara Belanda (hingga beliau sering ditangkap), begal-begal (pada zaman itu sekitar wilayah Jemur Wonosari hingga Rungkut sangat terkenal rawan kejahatan) dan ahli maksiat di sekitar wilayah Kecamatan Wonocolo, Tenggilis, Rungkut, Waru, hingga Sepanjang. Orang-orang yang sedang judi, adu ayam, minum-minuman keras, dan lain-lain akan langsung lari semburat manakala ada yang berteriak "ada mbah Idris!" walaupun orangnya tak berada disitu. Sedangkan kyai Abd.Karim sendiri telah dipanggil Allah SWT dalam usia yang masih lumayan muda, mungkin sekitar 40-50an tahun. Beliau dikaruniai beberapa orang anak dan meninggalkan seorang yatim masih bayi yang bernama Muhammad Nur dan kelak menggantikannyasebagai pemangku pondok yang telah dirintis oleh kyai Jawahir bin Rojidin.
Alhamdulillah, berkah dari karomah Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, rumah kyai M. Nur banyak mendapatkan kehormatan sering dikunjungi oleh para auliya', baik yang masyhur maupun yang tidak kentara. Yang tercatat paling sering berkunjung adalah Mbah Ud Pagerwojo, kyai Yusuf Ampel beserta putranya (kyai Muhammad bin Yusuf), Habib Abdul Qodir Bilfaqih Malang beserta putranya (Habib Abdulloh bin Abdul Qodir Bilfaqih), syaikh Masduqi Lasem, dan lain-lain.
Foto-foto penyelenggaraan Houl Mbah Jawahir di tanggal 26 Agustus 1992
Foto-foto penyelenggaraan Houl Mbah Jawahir di tanggal 21 September 2022
HOUL MBAH JAWAHIR NGAWINAN TAHUN 2023
Penyelenggaraan Acara Houl Mbah Jawahir Ngawinan tahun 2023 ini yang kembali dilaksanakan pada hari Rabu wekasan yang bertepatan dengan tanggalRabu , 13 September 2023 / 27 Safar 1445 H
Acara yang dilaksanakan setelah jama'ah Sholat Shubuh tersebut , sebagaian besar Dzurriyah yang utamanya bermukim di sekitar ngawinan sudah pada berdatangan dan langsung menuju ke Makam , Letak makam yang bersebelahan dengan Musholla tersebut menjadikan Musholla menjadi tempat bertemu dan parkir Motor dan Mobil dari Dzurriyah dan undangan yang hadir ,sehingga bisa langsung menuju makam dengan jalan kaki
Kedatangan sebagaian besar Dzurriyah dan undangan yang sudah di area makam tersebut dan kehadiran Sesepuh yang juga hadir sehingga Acara bisa langsung dimulai pada pagi hari Jam 5:00 WIB dengan susunan Acara sebagai berikut :
- Pembacaan Surah Yasin dipimpin : Ir H Ahmad Tholhah
- Pembacaan Tahlil dipimpin : KH Ahmad syarif dan dilanjutkan dengan
- Pembacaan sekelumit manaqib (sejarah) Beliau dan Pembacaan Do'a oleh Gus Fasich dan KH Mas Nur Khamid dr Nderosmo
Acara yang diahiri dengan Do'a dan Ramah-tamah tersebut diisi dengan berfoto bersama di Musholla saat semua Dzurriyah hendak Pulang dengan sebagaian menikmati kopi yang disuguhkan dan sebagaian ke masjid Al-Jawahir yang menyediakan Air Azimat
HOUL MBAH JAWAHIR NGAWINAN TAHUN 2024
Penyelenggaraan Acara Houl Mbah Jawahir Ngawinan tahun ini ( 2024 M/ 1446 H ) yang kembali dilaksanakan , namun dengan acara berbeda dengan sebelum-sebelumnya , Pada Penyelenggaraan kali ini diikuti dengan Acara Majlis Sholawat yang menggundang Gus Roqi dari Mojokerto ,Rangkaian Acara Houl Mbah Jawahir yang dimulai sehari sebelum puncak Houl , Acara Puncak Pelaksanaan Houl yang biasanya diadakan bertepatan dengan Rabu Pungkasan ( Rebo kasan ) di makam Mbah Jawahir yang berada di Area Makam Jemur Ngawinan Surabaya .
Rangkaian Acara tersebut di Mulai sehari sebelumnya di hari Selasa Tanggal 03 Septembeer 2024 / 29 safar 1446 dengan pagi hari dibacakan pembacaan Al-Fatehah Khususiyah untuk Ahli Kubur utamanya dari Dzurriyah Mbah Jawahir yang telah berpulang ke Rohmatulloh . dan dilanjutkan dengan Khotmil Qur'an yang diadakan di Masjid Al-Djawahir Jl. Jemur Ngawinan No. 56 Surabaya
Acara Dilanjutkan di hari yang sama dengan Pelaksanaan di malam Hari dengan Majelis Sholawat yang dilaksanakan di masjid Jawahir , dengan rangkaian Acara Sholawatan yang dipimpin Gus Isyroqi Nur Muhammad dari Mojokerto , Pembacaan Al-Qur'an Oleh Sdri. Minatul Maula , Pembacaan Manaqib Mbah jawahir oleh KH. Achmad Fasich dan selanjutnya sambutan-sambutan , Pembacaan Sholawat Mahallul Qiyam dan diahiri dengan Do'a dan ramah Tamah ( selengkapnya dapat dilihat di kanal Youtube Masjid Al-Djawahir di sini )
Rabu , 04 September 2024 / 30 Safar 1446 H
Acara yang dilaksanakan setelah jama'ah Sholat Shubuh tersebut , sebagaian besar Dzurriyah yang utamanya bermukim di sekitar ngawinan sudah pada berdatangan dan langsung menuju ke Makam , Letak makam yang bersebelahan dengan Musholla tersebut menjadikan Musholla menjadi tempat bertemu dan parkir Motor dan Mobil dari Dzurriyah dan undangan yang hadir ,sehingga bisa langsung menuju makam dengan jalan kaki , Seperti biasanya puncak acara Houl tersebut dibacakan Yasin , Tahlil dan do'a
Wallahu A'lam bisshowab
(**) diambil dari laman facebook bani Jawahir " https://www.facebook.com/1610053162569182/posts/sepenggal-kisah-dari-kampung-awinanalkisah-tersebutlah-seorang-pemuda-dari-jomba/1610314649209700/ "
Script
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar yang sekaligus sebagai Informasi dan Diskusi Kita , Bila Belum ada Jawaban Akan secepatnya ditindaklanjuti